Pages

Senin, 11 November 2013

makalah SKI semester 3

MAKALAH
MENGENAL DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DAN PARA SAHABATNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Muslih, MA









Disusun Oleh:
Muhammad Ihsan            NIM: 123911218
Najih Marzuki                 NIM: 123911221
Murofiatun                       NIM: 123911219
Mustofina                        NIM: 123911220




PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2013





MENGENAL DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DAN PARA SAHABATNYA
A.      PENDAHULUAN
Seiring pesatnya perkembangan zaman terutama dalam bidang teknologi, manusia dituntut untuk selangkah lebih maju dalam menghadapi situasi tersebut, akibat dari itu banyak dari mereka melupakan sejarah terutama Sejarah Kebudayaan Islam yang sering disebut SKI, dengan demikian sangat penting mengetahui sejarah terutama Sejarah Kebudayaan Islam.
Makalah yang sederhana ini akan kami paparkan beberapa pokok bahasan yang menitik beratkan pada dakwah Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya. Serta makalah ini merupakan salah satu media untuk manyelaminya.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pokok bahasan di atas, maka makalah ini mengangkat 3 permasalahan, yaitu:
1.         Bagaimana gambaran singkat dakwah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya;
2.         Seperti apa Nabi Muhammad serta para sahabanya hijrah ke Habasyah dan Thaif;dan
3.         Bagaimana memahami peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

C.      PEMBAHASAN
Sebagaimana diketahui Islam tumbuh kembang pesat tidak dengan sendirinya melainkan karena perjuangan serta kesabaran dari Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya yang selalu menemani beliau.
1.         Gambaran singkat dakwah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya
Makkah merupakan pusat agama Bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap ka’bah dan penyembahan terhadap berhala yang disucikan seluruh bangsa arab pada masa jahiliyah. Keadaan mereka pada waktu itu sangat jauh dari kebenaran.
Pada awal mula Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah, yang menjadikn sasaran dakwahnya adalah orang-orang terdekat beliau, yaitu anggota keluarga beliau dan sahabat-sahabat karib beliau. Orang-orang yang pertama kali masuk Islam disebut As-Sabiqunal-Awwalun (yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam, mereka adalah:
a.         Istri beliau, ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid;
b.        Pembantu beliau yaitu Zaid bin Haritsah;
c.         Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad SAW;
d.        Abu Bakar, sahabat Nabi Muhammad SAW;
e.         Usman bin Affan, sahabat Abu Bakar;
f.          Zubair bin  Awwam, sahabat Abu Bakar;
g.        Abdurrohman bin Auf, sahabat Abu Bakar;
h.        Sa’ad bin Abi Waqqas, sahabat Abu Bakar;
i.          Tulhah bin Ubaidillah, sahabat Abu Bakar;
j.          Abu Ubaidah bin Jarrah, sahabat Abu Bakar;
k.        Arqam bin Abil Arqam, sahabat Abu Bakar;
l.          Zaid bin Harisah, anak angkat Nabi Muhammad SAW;
m.      Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad SAW;
Mereka masuk Islam secara sembuny-sembunyi tanpa diketahui orang-orang kafir makkah. Pada waktu itu jika tiba waktu sholat, Nabi Muhammad SAW pergi ke tempat terpencil lalu secara sembunyi-sembunyi mengerjakan sholat agar tidak diketahui kaumnya.
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu tersebut telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Sampai akhirnya turun wahyu yang mengharuskan Nabi Muhammad SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan. Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah dengan mengundang Bani Hasyim, selain itu Rasulullah juga melakukan kaderisasi secara intensif kepada sejumlah sahabatnya. Dalam sejarah disebutkan Nabi Muhammad SAW menggelar pertemuan rutin di Darul Arqam untuk mengikat para kader dengan pimpinan mereka yakni dari Nabi Muhammad SAW sendiri.
Dalam pertemuan itu setiap sahabat yang datang ke Darul Arqam menceritakan apa yang ia alami. Secara teknis Nabi Muhammad SAW melakukan pola pendekatan secara intensif dalam rangka mencetak kader-kader dakwah yang handal, diantaranya :
a.         Nabi Muhammad SAW menumbuhkan suasana perkenalan antar para sahabat agar hubungan antar mereka kian terikat;
b.         Nabi Muhammad SAW menerapkan pola tafaqqub wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang para sahabat dan memperhatikan mereka.
Dalam upaya untuk menghadang dakwah Nabi Muhammad SAW orang-orang musyrik menggunakan berbagai cara guna menanggalkan dan menghentikan dakwah Nabi.
Salah satu contoh tentang kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tipu muslihat dan rayuan para kaum musyrik untuk menghentikan dakwahnya adalah ketika beliau menolak tawaran mereka dengan berkata, “Demi Alloh! sekalipun mereka meletakkan matahari di tangan kanan dan bulan di tangan kiri saya, saya tetap tidak akan berhenti”. Selama ini, kaum Quraisy masih bersikap hormat kepada beliau, tetapi ketika melihat seluruh tawaran damai mereka gagal, mereka pun mengubah sikap dan tekad mencegah perluasan Islam dengan segala daya. Karean itu, kaum Quraisy memutuskan untuk melakukan pencemoohan, penyiksaan dan penindasan terhadap Nabi Muhammad SAW. Walaupun demikian Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tetap tabah dan sabar dalam menghadapi siksaan dan cemoohan orang musyrik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:
a.         Iman kepada Alloh dan mengetahui-Nya dengan sebenar-benarnya pengetahuan;
b.        Nabi Muhammad SAW sebagai sosok pemimpin yang bias menyatukan hati manusia;
c.         Rasa tanggung jawab;
d.        Iman kepada hari akhirat;
e.         Al-Qur’an;dan
f.          Kabar gembira tentang datangnya keberhasilan.
2.         Hijrah ke Habasyah dan Thaif
a.         Hijrah ke Habasyah
Pada permulaan diangkatnya beliau menjadi Nabi, Nabi Muhammad SAW harus menderita penganiayan dan permusuhan dari kaumnya sendiri yaitu bangsa Qurasy yang berkuasa, yang merupakan satu kelompok kecil yang berkuasa dan mempertahankan sistem persukuan yang menghasilkan banyak kekayaan dari hasil mengurus para peziarah ke Baitulloh. Tetapi dengan berkembangnya agama baru (Islam), kaum Quraisy melihat kekuasaan dan pengaruh mereka cepat hilang, karena Islam mau membongkar dan menghancurkan seluruh sistem kesukuan Arabia yang ada dan membangun suatu masyrakat baru yang didasarkan atas ajaran tauhid dan pengertian persaudaraan yang universal.
Namun kaum Quraisy yang congkak dan keningratan, mereka mulai mengorganisasi penganiayaan dan penyiksaan, bahkan sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya. Karena melihat para sahabatnya menderita penyiksaan yang kejam, Nabi Muhammad SAW menasehati sebagian sahabat untuk hijrah atau bermigrasi ke Abesinia (Ethiopia) atau dahulu dikenal dengan Habasyah.
Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang yang dianiaya disitu. Itu bumi jujur; sampai nanti Alloh membukakan jalan buat kita semua” kata Nabi Muhammad SAW  kepada para sahabatnya.

Hijrah ke Habasyah ini adalah hijrah yang pertama kali bagi umat Islam. Terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita:
1)   Sayyidina Ustman bin Affan, sebagai pimpinan rombonngan;
2)   Sayyidah Ruqoyyah;
3)   Putri Nabi Muhammad SAW;
4)   Zubair ibnu Al-Awwam;
5)   Abdul Rohman ibnu ‘Auf;
6)   Abu Salamah beserta istrinya;
7)   Ummu Salamah
8)   Ja’far ibnu Abi Thalib;dan Ibnu Madz’un, menurut riwayat adalah pemimpin rombongan.
Patut diperhatikan mengapa Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk ke tempat lain. Karena hijrahnya para sahabat Nabi Muhammad SAW ke Habasyah akan menimbulkan banyak pertanyaan, bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW dapat tenang membiarkan para sahabatnya pergi ke Habasyah, padahal agama penduduk tersebut adalah Nasrani, agama ahli kitab. Tetapi sungguhpun begitu Nabi Muhammad SAW yakin dan tenang sekali karena inti ajaran Islam bersih dan murni, kemurniannya belum ternodakan.
Di masa itu, perjalanan laut merupakan perjalana yang sangat sulit, terlebih lagi di dalam rombongan terdapat wanita dan anak-anak. Jeddah pada waktu itu merupakan pelabuhan dagang yang maju. Dan kebetulan sekali disaat kaum muslimin tiba ada dua kapal dagang yang siap bertolak ke Habasyah. Mereka yang sangat khawatir dikejar oleh kaum kafir Qurisy kemudian mereka langsung naik kapal dengan tergesa-gesa, dengan membayar setengah dinar. Sesampainya di Habsyah, mereka di tempatkan dipenampungan kerajaan Habsyah dan mereka disuruh untuk mengirim perwakilannya menghadap penguasa Habsyah yaitu Raja Najasyi, akhirnya kaum muslimin mengutus Ustman ibn Affan yang akan mewakili mereka berbicara kepada raja Najasyi.
Adapun kaum kafir Quraisy yang tidak berhasil mengejar kaum muslimin di Jeddah, mereka merencakan siasat lain, yaitu dengan mengirim dua orang utusan kepada Raja Najasyi untuk menghasut raja agar menyerahkan rombongan kaum muslimin kepada mereka. Kedua orang tersbut adalah ‘Amru bin ‘Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’a, kepada raja kedua utusan tersebut mempersembahkan hadiah dengan maksud supaya memperlancar usaha mereka untuk menghasut sang raja.
Paduka Raja”, kata mereka
mereka yang datang ke negeri paduka ini adalah budak-budak kami yang tidak tau malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula menganut agama paduka; mereka membawa yang agama yang mereka ciptakan sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka. Kami diutus kepada paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh orang-orang tua, paman mereka dan keluarga mereka sendiri, supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada mereka. Mereka lebih mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki”.
Namun Raja Najasyi tidak serta merta mengindahkan permintaan mereka, lalu dipanggilnya kaum muslimin dan ditanya oleh Raja Najasyi.
Agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agama ku atau agama lain”, tanya Najasyi. Kebetulan yang pada waktu itu yang diajak bicara Ja’far bin Abi Thalib. “Paduka Raja”, katanya, “ketika itu kami masyarakat bodoh, kami menyembah berhala, bangkaipun kami makan, segala kejahataan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan kerabat, dengan tetanggapun kami tidak baik; yang kuat menindas yang lemah. Demikian keadaan kami, sampai Alloh mengutus seorang Rasul dari kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya, beliau jujur, dapat dipercaya serta bersih pula hati dan fikirannya. Beliau mengajak kami menyembah kepada Alloh Yang Maha Esa, dan meninggalkan batu-batu, patung-patung yang selama itu kami dan nenek-nenek moyang kami menyembahnya. Beliau mengajarkan kami untuk tidak berdusta untuk berlaku jujur, mengadakan hubungan keluarga dan tetangga yang baik, menyudahi pertumpahan darah dan perbuatan terlarang lainnya. Beliau melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, memakan harta anak yatim piatu atau mencemarkan wanita-wanita yang bersih. Beliau minta kami menyembah Alloh dan tidak mempersekutukanNya. Selanjutnya menyuruh kami melakukan sholat, zakat dan puasa [lalu disebutnya beberapa ketentuan Islam]. Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang diperintahkan Alloh. Yang kami sembah Alloh tuhan yang ESA. Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Karena itulah, masyarakat kami memusuhi, menyiksa dan menghasut, supaya kami meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala; supaya kami membenarkan segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu. Oleh karena mereka memaksa, menganiaya dan menekan kamiberada di dekat tuan. Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat tuan, dengan harapan disini tidak ada penganiayaan”.
adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami?”, Tanya raja itu lagi.
ya”, jawab Ja’far; lalu ia membacakan surat 19: 29-33
Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan apa yang tersebut dalam injil.
Najasyi lalu berkata “kata-kata ini dan yang dibawa oleh dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan (kepada kedua utusan Quraisy) pergilah. Kami tidak akan menyerakan mereka kepada tuan-tuan!”.
Keesokan harinya ‘Amr bin ‘Ash kembali menghadap Raja dengan mengatakan bahwa kaum muslimin mengeluarkan tuduhan yang luar bias terhadap Isa anak Maryam. Panggillah mereka dan tanyakan apa yang mereka katakan. setalah mereka datang,
Ja’far berkata “tentang dia pendapat kami seperti yang dikatakan Nabi kami; ‘Dia adalah hamba Alloh dan utusanNya, ruhNya dan FirmanNya yang disapaikan kepada Siti Maryam”.
Kemudian Raja Najasyi mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di tanah.
Dan dengan gembira ia berkata, “Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini”.
Kaum muslimin hijrah ke Habasyah selama 3 bulan lebih sedikit, yaitu dibulan Rajab s/d Ramadhan. Di sana mereka merasa aman dan tenteram. Ketika kemudian disampaikan kepada mereka bahwa permusuhan pihak Quraisy sudah berangsur reda, mereka lalu kembali ke Makkah untuk pertama kalinya dan Nabi Muhammad SAW pun masih di Makkah. Akan tetapi berita itu tidak benar, kemudian mereka pun kembali lagi ke Habasyah untuk kedua kalinya, peristiwa ini disebut dengan Hijrah ke Habasyah II.
b.        Hijrah ke Thaif
Setelah umat Islam, keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Abdul Muthalib bebas dari pemboikotan dan pengasingan, maka kesengsaraan, kemiskinan dan kelaparan melanda mereka. Selang beberapa bulan berikutnya, dua orang pelindung Nabi, Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin Abdul Muthalib mendahului beliau ke alam baka.
Khadijah istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dalam usia 65 tahun, pada tahun kesepuluh kenabian dan telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi selama dua puluh lima tahun. Dari pernikahannya, Allah mengaruniakan enam orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki yaitu, Abdullah dan Qasim serta empat orang puteri, yaitu Ruqayah, Zaenab, Ummu Kulsum dan Fatimah, dimakamkan di Ma’la di kota Makkah.
Khadijah istri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah menyokong perjuangan dan dakwah Islamiyah dengan segala jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketentraman pada diri Nabi Muhammad SAW dalam rumah tangga. Kepergian beliau membuat hati Nabi berduka cita, maka sepeninggal beliau, Nabi selalu mengunjungi keluarga dan kerabat beliau untuk bersilaturahmi dan mengenang jasa Khadijah.
Selang beberapa hari, Abu Thalib paman Nabi, wafat dalam usia 80 tahun. Beliau telah mengasuh Nabi sejak umur delapan tahun. Segala kasih sayang telah dicurahkan, beliau telah menikahkannya dengan Khadijah binti Khuwailid, bahkan setelah menjadi rasul, beliaulah sebagai pelindungnya. Ketika Abu Lahab menyuruh menangkap Nabi Muhammad SAW pada pertemuan keluarga besar Quraisy, Abu Thalib tampil sebagai pembela. Begitu pula waktu perutusan Kafir Quraisy mendatangi Nabi, Abu Thalib yang selalu menghadapi mereka.
Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang disegani, kewibawaan beliau menjadi pelindung Rasulullah, namun beliau tak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga beliau meninggal dalam keadaan Kafir.
Wafatnya kedua pelindung Nabi, menjadikan hati beliau sangat duka cita, sehingga tahun kesepuluh kenabian dinamakan “Amul Huzni” artinya tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, sebagai pelindung dan penasihat Nabi Muhammad SAW, kafir Quraisy semakin berkuasa mengancam dan menganiaya Nabi, serta agar beliau menghentikan dakwahnya. Abu Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit adalah tetangga dekat Nabi Muhammad SAW. Mereka selalu melempari kotoran dan najis ke halaman rumah Nabi dan juga jalan yang menuju rumah beliau. Ketika Nabi keluar rumah, dengan segera mereka melempari kotoran dan najis, bahkan ketika Nabi menunaikan sholat.
Istri Abu Lahab selalu meletakkan duri atau pecahan-pecahan di muka pintu Nabi, sehingga dapat melukai dan mengganggu beliau keluar rumah. Pernah ketika Nabi sedang memberi pelajaran kepada sahabat-sahabat tentang Agama Islam di masjid, kaum kafir Quraisy jadi marah. Nabi dan sahabat-sahabat beliau mereka pukul.
Karena itu, dibuatlah rencana akan menjalankan seruan agama Islam keluar kota makkah, dengan harapan akan dapat menemukan tempat lain yang sesuai untuk dijadikan pusat dakwah. Nabi mulai mengunjungi beberapa negeri sambil memperkenalkan diri pokok-pokok agama Islam kepada penduduk.
Akan tetapi, Nabi senantiasa juga menemui kesengsaraan dan kesulitan-kesulitan. Sering kali beliau mendengar penduduk negeri-negeri itu mengejek. Akhirnya sampailah Nabi bersama Zaid bin Tsabit di negeri Thaif. Negeri Thaif terkenal berhawa sejuk dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang.
Di Thaif Nabi menyeru orang-orang terkemuka di kota itu agar menyembah kepada Allah SWT. Penduduk Thaif menolak sambil mengusir kedatangan Nabi. Mereka mencaci maki, mempersorakkan dan melempari Nabi dengan batu.
Untuk membersihkan darah luka yang mengalir, Nabi berteduh di kebun anggur, kemudian malaikat Jibril datang dan menjumpainya memohon agar beliau mengijinkan untuk menghimpit penduduk negeri Thaif dengan dua buah gunung. Nabi menolak dan berdo’a: Allahummah diqaumi fainnahum la ya’lamun. Artinya: “Ya, Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.
Dari kejauhan, Addas tukang kebun datang membawakan setangkai anggur untuk diberikan kepada Nabi dan tuannya. Ketika Nabi memakan, beliau membaca Bismillah. Mendengar bacaan itu Addas terheran karena apa yang diucapkan Nabi sama dengan apa yang ia baca dan dia belum pernah mendengar penduduk negeri itu membacanya.
Nabi bertanya tentang tanah asal usul dan Agama Addas. Ia menjawab “Tanah asalnya ialah tempat kelahiran Nabi Yunus  dan agamanya Nasrani”. Nabi membacakan kisah Nabi Yunus yang tertera dalam Al-Qur’an, terharu Addas mendengarnya, lalu ia menyatakan dirinya sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw.
3.         Memahami peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Kata “Isra’” berasal dari asal kata : Sin, Ra, Harful Mu’tal, merupakan bab yang berbeda sekali, yang hamper-hampir kedua kata ini tidak bias dianalogikan dalam sebuah perumpamaan. Al-Sura artinya berjalan malam. Dikatakan saraita dan asraita kamu berjalan. Sebagaimana syairu yang berbunyi : Hayyu al-Nadiroh rabbah al-Hudri – Asrat ilaika wa lam takun tarsi. Artinya : Hayyun Nadirah ratu malam berjalan malam kepadamu dan kamu belum berjalan. Pengertian Isra’ menurut istilah adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW, diwaktu malam dari Masjid al-Haram (Masjid al-Haram) Makkah ke Masjid al-Aqsa di Palestina, bertepatan malam 27 Rajab satu tahun sebelum Hijrahnya Nabi.
Sedangkan kata “Mi’raj” menurut bahasa berasal dari akar kata : ‘Araja; terdiri dari Ain, Ra, dan Jim. Memiliki kaidah, pertama, menunjukkan pada kecenderungan; kedua, menunjukkan bilangan;dan keriga, menunjukkan pada ketinggian (naik). Al-‘Uruj artinya al-Irtiqa’u (naik). Dikatakan ‘Araja ya’ ruju ‘urujan wa ma’rojan wal ma’roj artinya tempat naik, sebagaimana Alloh berfirman : Malaikat dan ruh naik kepada-Nya. Ada yang mengatakan : Hatta iza ma al-syamsu hammat bi ‘araj. Ada yang mengatakan maksud syair tersebut pada saat ingin terbenam matahari. Dan jika sekiranya itu benar maka itu bukan ringkasan dari tafsir dan sesungguhnya makna yang dimaksud adalah hilang seakan-akan naik ke langit atau naik dan adapun yang menguatkan syair tersebut denganb syair yang berbunyi : “wa ‘araja al-lail buruj al-Syamsi” artinya: naiknya malam, tenggelamnya matahari. Ini merupakan perumpamaan yang benar. Pengertian Mi’raj menurut istilah aadlah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil al-Aqsha ke langit sampai ke Sidrat al-Muntaha, terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap kepada Alloh pada malam 27 Rajab. Mi’raj adalah kelanjutan dari Isra’ yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan kedua-duanya dalam waktu semalam.
Jadi Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa kemudian dilanjutkan ke Sidrat al-Muntaha guna menghadap kepada Alloh SWT.


D.      KESIMPULAN
Makkah merupakan pusat agama Bangsa Arab. Di sana Rasulullah SAW mulai mengibarkan bendera Islam untuk menghilangkan kejahiliyahan pada zaman itu, dengan jalan dakwah yang pada waktu periode Makkah berjalan kira-kira tiga belas tahun. Awal mula beliau mengenalkan Islam yaitu pertama kali kepada anggota kelaurga dan sahabat karib beliau.
Dakwah pertama kali dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan secara perorangan, bahkan mereka melakukan proses beribadah pun dengan sembunyi, sampai pada akhirnya turun wahyu, awal surat Al-Muddatstsir. Untuk berdakwan secara terang-terangan.
Dakwah tidak hanya di Makkah saja, di Madinah pun masuk dalam area Dakwah beliau, dakwah di sana berjalan kira-kira seuluh tahun penuh. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Rasulullah dan para sahabatnya tabah dan sabar dalam berdakwah, diantaranya: (1) iman kepada Alloh dan mengetahuiNya dengan sebenar-benarnya pengetahuan; (2) Nabi Muhammad SAW sebagai sosok pemimpin yang bisa menyejukkan hati; (3) rasa tanggung jawab; (4) iman kepada hari akhirat; (5) Al-Qur’an; (6) kabar gemdan bira tentag datangnya keberhasilan.
Begitu juga peristiwa hisrah Nabi Muhammad SAW Kehabasyah dan thaif juga termasuk perjalanan dakwah beliau dan para sahabatnya.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa kemudian dilanjutkan ke Sidrat al-Muntaha guna menghadap kepada Alloh SWT.


E.       PENUTUP
Dengan ini kami akhiri pembentangan suatu khazanah Islam yang unggul ini dengan harapan ianya menjadi wasilah bagi mencerminkan segelintir isi kandungan yang terkandung didalam ilmu yang besar ini. Semoga makalah ini menjadi alat bagi mendatangkan kefahaman kepada ajaran Tasawuf.




DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org

Al-Mubarak, 2005, Syafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pent. Kathur Suhardi. Jakarta: Pusat Al Kautsra.

Al-Husaini, Al-Hamid. 2000. Membangun Peradaban Sejarah Nabi Muhammad SAW. Bandung: Pustaka Hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar dan masukan anda dengan blog ini ?

Followers