MAKALAH
AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Al Qur’an
Dosen Pengampu : Hj. Tuti Qurotul Aini, M.S.I
Disusun Oleh:
Mustofina NIM 123911220
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN
A. PENDAHULUAN
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun
institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang
beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai
kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya
yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi
industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan
diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk
meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri,
perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara
ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan
utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun
akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun
status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan
pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular. Dengan
demikian sangatlah penting sebuah pendidikan, karenanya pemakalah akan memberikan
bebeapa hal mengenai pentingnya pendidikan sebagai berikut :
1.
Apa itu filsafat pendidikan dalam Al Qur’an ?
2.
Apa tujuan pendidikan Al-Qur’an ?
3.
Apa penjelasan pendidkan sebagai proses
humanism
4.
Sebutkan sifat-sifat pendidik yang baik ?
B. PEMBAHASAN
1. Al - luqman
Ayat 13
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya: “ Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". (Q.S. Lukman : 13)
Surat Al luqman adalah termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 34 ayat, surat ini
diturunkan setelah surat Ash – Shaffat. Luqman adalah seorang yang
Sholeh dan memiliki akhlaq yang mulia, yaitu akhlaq yang berbasiskan kepada
keimanan yang kokoh. Namanya diabadikan oleh Allah dalam salah satu surat di
dalam Al Qur an, yakni surat ke 31. Sehingga di dalam surat
ini Allah memberikan pelajaran kepada kita akan kesholehan Luqman dalam
memberikan nasehat kepada anaknya, yakni nasehat yang mengandung unsur
“keilmuan” yang mendalam, “keihklasan” yang suci dan “kecintaan”yang
tinggi. Luqman adalah sosok ayah pilihan Allah. Nasehat yang disampaikan
pada anaknya diabadikan dalam Al Qur'an. Ketika kita membaca Q.S Luqman ayat 13
disitu dimulai dengan hentakan kata " Ingatlah takala ". Kata ini
menandakan pentingnya atas nasehat yang akan disampaikan.
Luqman bernama lengkap 'Luqman Bin Anqa' Bin Sadun" Anak yang
dinasehati bernama Taran, mereka penduduk biasa dari Habasyah ( Ethiopia ).
Dalam sebuat kitab tafsir diceritakan bahwa Luqman adalah seorang budak,
ciri-ciri tubuhnya sama seperti orang Ethiopia lainya yang kebanyakan berkulit
hitam legam dan berbibir tebal. Tetapi Allah tak pernah melihat dari bentuk
fisik . Hati Luqman memancarkan cahaya iman dan keagungan seorang manusia.
Kejernihan hidup tergambar dibalik rendah martabatnya sebagai budak. Sebenarnya
nasehat Luqman yang terdapat dalam Al Qur'an itu hanyalah nasehat kepada
anaknya sendiri. Tetapi Allah mengabadikan dalam Al Qur'an agar setiap umat
belajar dari apa yang dilakukan Luqman. Karena nasehat pada anak adalah sangat
penting untuk membentuk karakter dan perwatakan sebagai bekal kehidupan kelak.
2. Al Dzariyat
Ayat 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”
(Q.S. [51]: 56)
Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja
bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan
bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab
lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka
redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata
tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT.
Didahulukannya penyebutan kata al-jin (jin) dari
kata al-ins (manusia) karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari
pada manusia.Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami
sebagai berikut:Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam
hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya
adalah hamba-hamba-Nya.Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada
nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya
mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna
ibadah, maka ayat ini dengan jelas menggabarkan kepada kita bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada
Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan
untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut
Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di
dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga
dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik,
harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah
bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan
dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan
dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan
yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.
Belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal
ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
وعن انس رضي الله عنه قال: قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم، من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى ير جع
(رواه الترمذي)
Artinya: “Dari Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang
siapa yang keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah
hingga sampai pulang”. (H.R. Tirmidzi)
3. Al
Qashash Ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ
الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا
أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا
يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”(Q.S.
[28]: 77)
(Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepada kalian) berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat)
seumpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah
kamu melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni
hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat
baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat) mengadakan (kerusakan
di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti
akan menghukum mereka.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan kisah Qarun untuk
menjelaskan akibat orang-orang kafir dan kejam di dunia dan akhirat. Allah
telah membinasakan Qarun dengan ditenggelamkan ke dalam bumi, dan di akhirat ia
termasuk penghuni neraka seperti orang-orang musyrik. Ayat di atas adalah
berisikan beberapa nasihat yang ditujukan kepada Qarun oleh kaumnya.
Pada ayat
ini Allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan
kepada Qarun
oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh
kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
a.
Orang yang dianugerahi oleh Allah SWT kekayaan yang
berlimpah-limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang
banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada
perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala
sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat.
b.
Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan
dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang
lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh
Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga,
semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan.
c.
Seseorang harus
berbuat baik sebagaimana Allah SWT berbuat baik kepadanya, membantu orang-orang
yang membutuhkan dengan harta
yang dianugerahkan Allah kepadanya.
d.
Janganlah
seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada sesama
makhluk Allah, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. Allah
SWT tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan rida dan
rahmat-Nya.
Dengan demikian dijelaskan bahwa empat hal diatas merupakan bagin dari pendidikan, khususnya pendidikan
akhlak yaitu sifat-sifat yang baik daleh pendidikan dalam menyampaikan
keilmuannya.
C. PENUTUP
Dari deskripsi singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah
memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang
komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan
hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di
akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju
kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang
sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga
dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik,
harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam
setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha
Kuasa.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Demikianlah makalah yang kami susun semoga bermanfaat, dan sebagai khasanah
penegetahuan bagi semua pihak (penyusun, penulis buku, pembaca). Mungkin disana
sini masih banyak kekurangan atau pemilihan kata yang kurang tepat kami mohon
ma’af yang sebesar-besarnya. Dan kami senantiasa mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan penulisan atau
penyusunan kedepan, kemudian atas saran, kritik, dan kesediaan membacanya kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung:
Rosda Karya, 1992
As Suyuthi Jalaludin, Sebab Turunnya Ayat Al Quran, Jakarta:
Gema Insani Press, 2008
Mushthafa Al Maraghi Ahmad, Tafsir Al Maraghi, Semarang:
CV. Toha Putra, 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan masukan anda dengan blog ini ?