Pages

Minggu, 21 Juli 2013

kitab janazah


KITAB AL JANAZAH

Makalah disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pengampu : H. Amin Farih, M.Ag













Disusun Oleh
Nur Farikhoh
(123911223)




FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM DUAL MODE SYSTEM (S1)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013

KITAB AL JANAZAH

A.           PENDAHULUAN
Allah dzat pencipta alam semesta termasuk manusia diantaranya, hanya Allah-lah yang memberi makhluk-Nya kehidupan, kesehatan, rizqi, sakit, serta kematian yang pasti dan haq akan menjemput kita sebagai hamba Allah untuk kembali kepada-Nya serta dimintai pertanggung jawaban.
Dalam pembuatan makalah kali ini akan kami bahas tentang “Menjenguk Orang Sakit dan Yang Terkait Dengan Mayit”.

B.            PEMBAHASAN
1.    Menjenguk Orang Sakit
Hukum menjenguk orang yang sakit adalah sunat, guna menghibur kesedihannya karena kegembiraan orang sakit itu dapat juga menjadi obat.
Hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang sakit parah (menjelang/hampir menghembuskan nafas terakhir) antara lain:
a.    Hendaklah dihadapkan ke kiblat
ﻋﻦ ﺍﺒﻰ ﻗﺗﺎﺪﺓ ﺍﻥﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺤﻴﻦ ﻗﺪﻢ ﺍﻠﻤﺪﻴﻨﺔ ﺴﺄﻞ ﻋﻦﺍﻠﺒﺮﺁﺀﺒﻦ ﻤﻌﺮﻮﺮ ﻗﺎﻠﻮﺍ ﺗﻮﻓﻲ ﻮﺍﻮﺼﻰ ﺒﺛﻠﺙ ﻤﺎﻠﻪ ﻠﻚ ﻴﺎﺮﺴﻮﻞﺍﻠﻠﻪ ﻮﺍﻮﺼﻰ ﺍﻦﻴﻮﺠﻪ ﺍﻠﻗﺒﻠﻪ ﺍﺬﺍﺤﺘﺿﺮ ﻔﻗﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺍﺼﺎﺐ ﺍﻠﻔﻄﺮﺓ ﴿ﺮﻮﻩﺍﻠﺤﺎﻜﻢﻮﺍﻠﺒﻴﻬﻗﻰ﴾
Artinya : “Dari Abi Qotadah bahwasanya Nabi ketika sampai di Madinah, beliau menanyakan seorang yang bernama Al Barro’ bin Ma’rur. Jawab yang hadir “Ia sudah meninggal dan mewasiatkan sepertiga hartanya kepada engkau dan mewasiatkan pula supaya ia dihadapkan ke kiblat apabila ia sakit parah.” Kata Rasulullah SAW “betul pendapatnya” (HR. Hakim dan Baihaqi)

b.    Hendaklah diajarkan membaca kalimat tauhid
ﻋﻦ ﺍﺒﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﻘﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺍﻠﻠﻪ ﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﻠﻘﻧﻮﺍ ﻤﻮﺘﺎﻜﻢ ﻻﺍﻠﻪ ﺍﻻ ﺍﻠﻠﻪ ﴿ﺮﻮﻩ ﻤﺴﻠﻢ ﻮﺍﻻﺮﺒﻌﻪ﴾
Dari Abu Hurairah: “Rasulullah SAW berkata: Ajarkanlah olehmu orang-orang yang sakit parah (hampir mati) dengan membaca kalimat La ilaha illallah” (HR. Muslim dan Arba’ah)

c.    Sebaiknya dibacakan Surat “Yasin”
ﻋﻦ ﻤﻌﻘﻞ ﺍﺒﻦ  ﻴﺴﺎﺮ ﻘﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺍﻘﺮﺃﻮ ﻤﻮﺘﺎﻜﻢ ﻴﺲ ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﺒﻮﺪﺍﻮﺪﻮﺍﻠﻨﺴﺎﺌﻰ﴾
Artinya : ‘Dari Ma’qal bin Yasar, Nabi berkata : “Bacakanlah olehmu surat Yasin kepada orang yang sakit parah” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

Kita dianjurkan untuk mendo’akan orang yang sakit ketika menjenguk. Do’a ini biasa dilakukan Rasulullah ketika beliau sedang menjenguk orang sakit atau kedatangan sahabat yang sedang sakit.
ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺮﺐ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﺍﺬﻫﺐ ﺍﻠﺒﺄﺲ ﺍﺸﻒ ﻔﺎﻨﺖ ﺍﻠﺸﺎﻔﻲ ﻻﺸﻔﺎﺀ ﺍﻻﺸﻔﺄﻮﻚ ﺸﻔﺎﺀ ﻻ ﻴﻐﺎﺪﺮ ﺴﻘﻤﺎ
Artinya : “Ya Allah, Wahai Tuhan Segala Manusia. Hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanlah Ia. Hanya Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu. Kesembuhan yang tidak kambuh lagi.”

Rasulullah sering merajah orang sakit karena gigitan binatang buas dengan doa ini :
ﻋﻦ ﻋﺎﺌﺸﺔ ﺍﻦﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﻜﺎﻦ ﻴﻘﻮﻞ ﻠﻠﻤﺮﻴﺾ :  ﺒﺴﻢ ﺍﻠﻠﻪ٬ ﺘﺮﺒﺔ ﺃﺮﻀﻨﺎ ﺒﺮﻘﺔ ﺒﻌﻀﻨﺎ ﻴﺸﻔﻰ ﺴﻘﻴﻤﻧﺎ ﺒﺎﺬﻦ ﺮﺒﻨﺎ ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻱ﴾ 
Artinya : “Dengan nama Allah. ini tanah bumi kami dengan air liur sebagian kami disembuhkan orang yang sakit dari kami dengan izin Allah.”

Ketika sakit Rasulullah sering merajah dirinya dengan Al-Mu’awidzat karena surat-surat itu mencakup segala yang harus kita berlindung diri dari gangguan setan, baik secara tersembunyi maupun secara jelas.

2.      Hal-hal Yang Terkait dan Yang Harus Dilakukan Terhadap Orang Mati

ﻜﻞ ﻨﻔﺲ ﺬﺁﺌﻗﺔ ﺍﻠﻤﻮﺖ ﻮﺍﻨﻤﺎ ﺘﻮﻔﻮﻦ ﺍﺠﻮﺮﻜﻢ ﻴﻮﻢ ﺍﻠﻘﻴﻤﺔ
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamatlah disempurnakan pahalamu.” (QS. Ali Imran : 185)

Hendaklah memperbanyak mengingat mati dan bertobat dari segala dosa, terlebih lagi bagi orang sakit, agar lebih giat beramal dan menjauhi larangan Allah. Rasulullah bersabda :
ﻋﻦ ﺍﺒﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﻘﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ : ﺍﻜﺜﺮﻮﺍ ﺬﻜﺮﻫﺎﺬﻢ ﺍﻠﻠﺬﺍﺖ ﺍﻠﻤﻮﺖ ﴿ﺮﻮﻩ ﺍﻠﺘﺮﻤﺬﻯ ﻮﺼﺤﺤﻪ ﺍﺒﻦ ﺤﺒﺎﻦ﴾
Artinya : “Dari Abi Hurairah Nabi berkata: Banyak-banyak lah kamu mengingat mati.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Ibnu Hibban)

Apabila seorang muslim meninggal, maka fardhu kifayah[1] atas orang hidup melaksanakan 4 perkara:
a)      Memandikan mayat
*      Syarat wajib mandi
1.      Mayat orang Islam
2.      Ada tubuhnya walaupun sedikit
3.      Mayat tersebut bukan mati syahid
Yang dimaksud dengan mati syahid ialah orang yang terbunuh dalam peperangan melawan orang kafir untuk menjunjung tinggi agama Allah. Orang yang mati syahid tidak dimandikan, tidak disalatkan dan cukup dikafani dengan pakaiannya yang berlumur darah itu.
Menurut pembagian ahli fiqih, mati syahid terbagi atas 3 bagian :
a.       Syahid dunia dan akhirat yaitu orang yang mati karena berjuang membela agama Allah.
b.      Syahid dunia saja, yaitu orang yang mati dalam peperangan melawan orang kafir, tetapi bukan karena untuk menjunjung tinggi (membela) agama Allah, melainkan karena sebab-sebab yang lain, misalnya ingin mendapat harta rampasan, karena kemegahan, dsb.
c.       Syahid akhirat saja, yaitu orang yang mati teraniaya, mati tenggelam, penyakit kolera, mati tertimpa sesuatu, mati kebakaran, mati dalam belajar agama Allah (mencari ilmu) serta mati ketika melahirkan bayi.[2]


*      Yang berhak memandikan mayat
Jika mayat itu laki-laki maka yang memandikan hendaklah laki-laki pula, seorang perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika muhrim dan istrinya ada semua maka yang berhak memandikan suami adalah istri. Begitu juga sebaliknya.
Jika seseorang perempuan meninggal, dan di tempat tersebut tidak ada seorang perempuan, suami atau muhrimnya, hendaklah mayat tersebut “ditayamumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh laki-laki lain. Begitu juga sebaliknya.[3]

b)      Mengafani Mayat
ﻋﻦﺍﺒﻦﻋﺒﺎﺲ ﻘﺎﻞ ﺍﻠﺒﻨﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ : ﺍﻠﺒﺴﺮﺍﺍﻠﺜﻴﺎ ﺍﻠﺒﻴﺾ ﺪﺍﻜﻔﻨﻮﺍ ﻔﻴﻬﺎ ﻤﻮﺘﺎﻜﻢ۰﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺘﺮﻤﺬﻯ﴾
Warna kain kafan itu sebaiknya kain putih bersih.
Hukum mengafani (membungkus) mayat adalah fardhu kifayah atas orang yang hidup. Kain kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki/perempuan.
Ø  Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain; tiap-tiap lapis menutupi seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain mandi), sedangkan dua lapis lagi menutupi seluruh badannya.
Cara mengkafani : Dihamparkan sehelai-helai, dan di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian, seperti kapur barus dan sebagainya; lalu mayat diletakkan di atasnya. Kedua tangannya diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri, atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
Ø  Untuk mayat perempuan, sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain, yaitu basahan (kain bawahan), baju, tutup kepala, kerudung (cadar), dan kain yang menutupi seluruh badannya.
Cara mengafani : Mula-mula dipakaikan kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kerudung, kemudian dimasukkan ke dalam kain yang meliputi seluruh badannya. Diantara beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi wangi-wangian, misalnya kapur barus.
Ø  Pengecualian : Orang yang mati ketika melaksanakan ihram haji atau umrah, ia tidak boleh diberi harum-haruman dan tidak boleh ditutup kepalanya.[4]

c)      Menyalatkan Mayat
1.      Syarat menyalatkan mayat
Ø  Syarat-syarat yang juga menjadi syarat salat mayat seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap kiblat.
Ø  Dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani.
Ø  Letak mayat itu di sebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau salat itu dilaksanakan di atas kubur atau salat gaib.
2.      Rukun menyalatkan mayat
Ø  Niat, sebagaimana salat yang lain
Ø  Takbir 4 kali dengan takbiratul ihram
Ø  Membaca fatihah sesudah takbiratul ihram
Ø  Membaca shalawat atas nabi saw sesudah takbir kedua
عن ابى امامة بن سهل ان السنة فى الصلاة على الجنازة ان يكبر الامام ثم يقرأ بفاتحة الكتاب بعد التكبيرة الاولى سرا فى نفسه ثم يصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ويخلص الدعاء للجنازة فى التكبيرات ولايقرأ فى شيء منهن ثم يسلم سرا فى نفسه (رواه الشافعى)
Dari Abu Amamah bin Sahl “Sesungguhnya menjadi sunnah (peraturan) Rasulullah SAW pada salat jenazah yaitu supaya imam takbir kemudian membaca Fatihahsesudah takbir pertama dengan suara pelan sekira terdengar oleh dirinya kemudian memmbaca sholawat atas Nabi SAW dan mengikhlaskan do’a bagi jenazah pada takbir-takbir berikutnya dan tidak membaca sesuatupun dalam takbir-takbir (kecuali do’a) kemudian ia memberi salam dengan suara pelan sekira terdengar oleh dirinya” (H.R. Syafi’i)
Ø  Mendoakan mayat sesudah takbir ketiga
عن ابى هريرة قال النبى صلى الله عليه وسلم اذا صليتم على الميت فاخلصوا له الدنيا (رواه أبوداود وابن حبان)
Dari Abu Hurairah Nabi SAW berkata “Apabila kamu menyalatkan mayat, hendaklah kamu ikhlaskan do’a baginya” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Hibbah)
Ø  Berdiri jika mampu
Ø  Memberi salam
3.      Beberapa sunat salat mayat
Ø  Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut (takbir 4x)
عن ابن عمر انه صلى الله عليه وسلم كان يرفع يديه فى جميع تكبيرات الجنازة (رواه البيهقى)
Dari Ibnu Umar “sesungguhnya Nabi SAW mengangkat kedua tangannya pada semua takbir salah jenazah” (H.R. Baihaqi)
Ø  Israr
Ø  Membaca ta’awudz
Salat jenazah disunatkan berjamaah, dan hendaknya dijadikan tiga saf (baris). Satu saf sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang, maka jika yang salat ada 6 orang, hendaklah pada tiap-tiap saf terdiri atas 2 orang agar menjadi tiga saf.
v  Salat gaib. Salat atas mayat yang gaib itu sah walaupun sesudah dikuburkan, bahkan sah pula salat di atas kubur.
v  Membawa jenazah ke kubur
Sesudah mayat dimandikan, dikafani dan disalatkan lalu dibawa ke kubur, dipikul pada 4 penjuru; berjalan membawa jenazah hendaklah dengan segera.
Berjalan mengantarkan jenazah adalah suatu amal kebaikan. Apabila seseorang melihat jenazah, hendaklah ia berdiri, meskipun mayat itu bukan orang Islam. Hal ini sesuai dengan hadits nabi.
ﻋﻦ ﻋﺎﻤﺮﺍﺒﻦ ﺮﺒﻴﻌﻪ ﻘﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ : ﺍﺬﺍ ﺮﺍﻴﺘﻢ ﺍﻠﺠﻨﺎﺰﺓ ﻔﻗﻮﻤﻮﺍﺤﺘﻰ ﺗﺨﻠﻔﻜﻢ ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯﻮﻤﺴﻠﻢ﴾
“Apabila engkau melihat jenazah, hendaklah kamu berdiri.”

v  Orang mati di azab lantaran diratapi keluarganya.
Hal ini sesuai dengan sabda nabi
ﻘﺎﻞ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺍﻠﻤﻴﺖ ﻴﻌﺬﺐ ﻔﻰ ﻘﺒﺮﻩ ﺒﻤﺎﻨﻴﺢ ﻋﻠﻴﻪ ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ﴾ 
“Umar bin Khottob berkata, Nabi SAW bersabda “Orang mati di azab di dalam kuburnya karena kematiannya diratapi.” (Al Bukhari 23 : 34, Muslim 6 : 9)

d)     Menguburkan mayat
Hukum menguburkan mayat adalah fardu kifayah atas yang hidup. Dalamnya kuburan sekurang-kurangnya tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.
Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad[5] kalau tanah pekuburan itu keras; tetapi jika tanah pekuburan tidak keras, mudah runtuh, seperti tanah yang bercampur dengan pasir, maka lebih baik dibuatkan lubang tengah.
Beberapa sunat yang bersangkutan dengan kubur;
1.      Ketika memasukkan yang bersangkutan dengan kubur, sunat menutupi bagian atasnya dengan kain atau yang lainnya jika mayat itu perempuan.
2.      Kuburan itu sunat ditinggikan kira-kira sejengkal dari tanah biasa agar diketahui.
ان النبى صلى الله عليه وسلم رفع قبر ابراهيم ابنه قدر شير (أخرجه البيهقى)
Sesungguhnya Nabi SW telah meninggikan kuburan anak beliau Ibrahim kira-kira sejengkal (H.R, Baihaqi)
3.      Kuburan lebih baik didatarkan.
عن ابى الهياج عن على رضى الله عنه قال ابعثك على ما بعثنى عليه النبى صلى الله عليه وسلم لا تدع تمثالا الا طمسته ولاقبرا مشرفا الاسويته (رواه مسلم)
Dari Abu Al Hayyaj, dari Ali ia berkata “ Aku utus engkau sebagai Rasulullah SAW telah mengutusku. Janganlah engkau biarkan arca, tetapi hendaklah engkau robohkan dan kuburan yang dimunjungkan hendaklah lah engkau datarkan” (H.R. Muslim)
4.      Menandai kuburan dengan batu/lainnya di sebelah kepalanya.
عن المطلب بن عبد الله قال لما مات عثمان بن مظعون خرج بجنازته فدفن فامرا النبى صلى الله عليه وسلم رجلا ان يأتي بحجر فلم يستطع حمله فقام اليه رسول الله فحسر عن ذراعيه ثم حملها فوضع عند رأسه وقال اعلم بها قبر اخى وادفن اليه من مات من اهلى (رواه أبوداود)
Dari Mutlib bin Abdullah ia berkata “Tatkala Usmana bin Maz’un wafat jenazahnya dibawa keluar lalu dikuburkan. Nabi SAW menyuruh seorang laki-laki mengambil batu. Tetapi laki-laki itu tidak kuat membawa. Rasulullah SAW bangkit mendekati batu itu dan menyingsingkan kedua lengan bajunya, kemudian batu itu dibawa lalu diletakkan disebelah kepalanya sambil bersabda ‘Aku memberi tanda kubur saudaraku dan aku akan menguburkan di sini siapa yang mati diantara ahliku’” (H.R. Abu Dawud)
5.      Menaruh kerikil (batu kecil-kecil) di atas kuburan
عن جعفر بن محمد عن ابيه ان النبى صلى الله عليه وسلم وضع حصباء قبرابنه ابراهيم (رواه الشافعى)
Dari Ja’far bin Muhammad melalui bapaknya, “Sesungguhnya Nabi SAW telah menaruh batu kecil – kecil (kerikil) di atas kuburan anaknya Ibrahim (H.R. Syafi’i)
6.      Meletakkan pelepah yang basah di atas kuburan
7.      Menyiram kuburan dengan air
عن جعفربن محمد عن ابيه ان النبى صلى الله عليه وسلم رش على قبرابنه ابراهيم (رواه الشافعى)
Dari Ja’far bin Muhammad, melalui bapaknya “sesungguhnya Nabi SAW telah menyiram kuburan anaknya Ibrahim” (H.R. Syafi’i)
8.      Sesudah mayat dikuburkan, para pengantar disunatkan berhenti sebentar untuk mendoakannya.
عن عثمان كان النبي صلى الله عليه وسلم اذافرغ من دفن الميت وقف عليه فقال استغفروا لاخيكم واسألالله له التثبيت فانه الان يسأل (رواه أبوداود والحاكم)
Dari usman “ Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayat beliau berdiri lalu bersabda “mintakanlah apapaun saudaramu dan mintakanlah supaya ia berketetapan kepada Allah, karena ia sekarang sedang dinya” (H.R. Abu Dawud dan Hakim)
Larangan yang bersangkutan dengan kuburan
1.      Menembok kuburan
عن جابر نهى النبي صلى الله عليه وسلم ان يجصص القبروان يقعد عليه وان يبنى عليه (رواه أحمدومسلم)
Dari Jabir “Rasulullah SAW telah melarang menembak kuburan, duduk di atasnya dan membuat rumah di atasnya” (H.R. Ahmad dan Muslim)
2.      Duduk di atasnya.
3.      Membuat rumah di atasnya
4.      Membuat tulisan-tulisan di atasnya
5.      Membuat pekuburan menjadi masjid
عن ابى هريرة ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قاتل الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور انبيائهم مساجد (رواه البخارى ومسلم)
Dari Abu Hurairah “sesungguhnya Rasulullah SAW telah berkata ‘Mudah-mudahan Allah membunuh Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka menjadi masjid (H.R. Bukhari dan Muslim)
Beberapa hal tentang mayat
1.      Memindahkan mayat
Sebagian ulama ada yang mengharamkan karena dikhawatirkan akan merusak kehormatannya. Ulama lain berpendapat tidak ada halangan untuk memindahkan asal terjaga dengan baik.
2.      Membongkar kuburan
Jika mayat sudah dikubur maka tidak boleh dibongkar (haram) karena hal itu akan merusak kehormatan si mayat, kecuali jika terjadi hal-hal seperti; mayatnya belum dimandikan, tidak dikafani, tidak disalatkan, tidak menghadap ke kiblat, dikuburkan di atas tanah yang dirampas atau dibungkus dengan kain yang dirampas, sedangkan si empunya minta dikembalikan, atau ke dalam kuburan itu terjatuh suatu barang yang berharga. Jika terjadi salah satu dari hal-hal tersebut, kuburan boleh dibongkar selama mayat belum membusuk. Adapun membongkar kuburan yang sudah lama tidak ada halangan, asal mayat sudah hancur.
3.      Ta’ziah (melayat)
Melayati ahli mayat hukumnya sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggal, yang lebih baik ialah sebelum dikuburkan.
عن اسامة قالت ارسلت احدى بنات رسول الله صلى الله عليه وسلم تدعوه وتخبره ان ابنالها فى الموت فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم للرسول ارجع اليها فاخبرهاان لله مااخذ وله مااعطى وكلشيء عنده بأجل مسمى فمرهافالتصبر ولتحتسب (رواه البخارى ومسلم)
Dari Usamah ia berkata “seorang anak perempuan rasulullah SAW telah memanggil beliau serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan hamper mati, Rasulullah SAW berkata kepada utusan itu, kembalilah engkau kepadanya dan katakan bawah segala yang diambil dan yang diberikan bahkan apa pun- kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan ajalnya, maka suruhlah ia sabar dan tunduk kepada perintah (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.      Sabar
5.      Memberi makan ahli mayat
Kaum kerabat, tetangga, sahabat hendaklah memberi makan keluarga (ahli) mayat karena mereka dalam keadaan kalut.
عن عبيد الله بن جعفر قال لماجاء نعى جعفرحين قتل قال النبىى صلى الله عليه وسلم اصنعوا لال جعفر طعاما فقد اتاهم مايشغلهم (رواه الخمسة إلاالنسائ)
Dari Ubaidillah bin Ja’far dia berkata tatkala dating kabar meninggalnya Ja’far karena terbunuh, Rasulullah bersabda buatkanlah oleh mu makananuntuk keluarga Ja’far, karena mereka sedang menderita kesusahan (kekalutan). (H.R. lima orang ahli hadits kecuali Imam Nasai)
6.      Ziarah kubur
Laki-laki disunatkan menziarahi kubur. Adapun bagi perempuan dimakruhkan karena tabiat perempuan lemah hati dan lekas susah, maka dikhawatirkan akan mencucurkan air mata dan akan berkeluh kesah serta berduka cita sehingga lupa akan kekuasaan Allah. Orang yang menziarahi kubur disunatkan memberi salam kepada ahli kubur dan mendoakan mereka.
عن بريدة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد كنت نهيكم عن زيارة القبور فقد اذن لمحمد فى زيارة قبر امه فزوروها فانها تذكر الاخرة (رواه مسلم وأبوداود والترمذى)
Dari Buraidah “Rasulullah SAW. Telah berkata ‘Dahulu saya telah melarang kamu berziarah ke kuburan, sekarang Muhammad telah mendapat izin untuk berziarah ke kuburan ibunya maka ziarahlah kamu, karena sesungguhnya ziarah itu mengingatkan akhirat” (H.R. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)


C.           PENUTUP
a.      Kesimpulan
Menjenguk orang sakit sunat hukumnya, mendoakan itulah yang selalu diharapkan oleh si sakit. Setiap kehidupan pasti ada kematian. Kewajiban orang muslim melaksanakan 4 perkara jika saudara sesama muslim meninggal dunia yaitu: memandikan; mengkafani; mensalatkan; serta mengubur jenazah.
b.      Penutup
Demikian penulis memaparkan beberapa hal tentang menjenguk orang sakit dan hal-hal tentang kematian. Penulis menyadari makalah ini kurang sempurna, maka dari itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan selanjutnya dari para pembaca yang budiman.






















DAFTAR PUSTAKA

·           Wildan Ahmad, Kumpulan Do’a, Grafika Mulia
·           Rasjid Sulaiman, H : Fiqih Islam, Sinar Baru Algesindo
·           Hassan, A : Tarjamah Bulughul Maram, Bandung : Diponegoro
·           Teungku Ash Siddieqy Hasbi Muhammad : Mutiara Hadits 4, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang
Masyhur Kahar, KH : Bulughul Maram, buku pertama Ringka Cipta


[1]Kewajiban yang ditujukan kepada orang banyak. Apabila sebagian dari mereka telah mengerjakannya, maka terlepaslah yang lain dari kewajiban itu, tetapi jika tidak ada seorang pun yang mengerjakannya, maka mereka berdosa semuanya.

[2]  H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo hal: 179)
[3] Ibid hal 166
[4] Ibid hal 169
[5] Lubang lahad = relung di lubang kubur tempat meletakkan mayat, kemudian ditutup dengan papan, bambu dsb
3) Lubang tengah = Lubang kecil di tengah-tengah kubur, kira-kira dapat memuat mayat saja. Kemudian ditutp dengan papan/lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar dan masukan anda dengan blog ini ?

Followers