BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat
manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat
bermacam – macam, seperti Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al-Qur'an,
dan lainnya dan setiap ibadah memiliki syarat – syarat untuk dapat
melakukannya, serta ada pula ibadah yang tidak memiliki syarat mutlak untuk
melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki syarat – syarat diantaranya haji yang
memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya, baligh, berakal,
dan sebagainya, dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka
syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala
najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.
Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika
kebersihan dan kesucian diri seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna,
maka ibadah tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan
kesucian dari najis maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap manusia yang
akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur'an, naik haji, dan lain
sebaginya.
Untuk itu guru wajib menguasai materi, kemudian
disampaikan dengan kemasan yang menarik, disini kemasan tersebut tidak lain
adalah sebuah metode pembelajaran, karena dengan metode pembelajaran yang
berfariatif dalam suatu proses belajar mengajar akan merangsang peserta didik
untuk lebih aktif dan paham dengan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dengan demikian kami pemakalah akan mencoba
menjelaskan beberapa metode pembelajaran dengan tujuan peserta didik dapat dan
mampu memahami pelajaran di kelas nantinya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Menjelaskan
berbagai
metode/teknik/media yang dapat
digunakan untuk menyampaikan
materi fiqh wudhu, mandi wajib dan khitan bagi siswa MI
2.
Menerapkan berbagai strategi pembelajaran fiqh wudhu, mandi
wajib dan khitan pada siswa MI
C.
TUJUAN
1.
Penjelasan
tentang berbagai metode/teknik/media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan materi fiqh wudhu, mandi
wajib dan khitan bagi siswa MI
2.
Beberapa soal latihan untuk menguji kemampuan guru sendiri
dalam memahami isi makalah ini.
3.
Rangkuman keseluruhan materi yang dibahas dalam modul ini.
4.
Metode pengukuran kemampuan guru dalam mempelajari materi
dalam modul ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE/TEKNIK PEMBELAJARAN WUDHU, MANDI DAN KHITAN
1.
Wudhu
Pembahasan tentang wudhu,dalam buku-buku fiqih
termasuk ke dalam thahârah hukmiyyah, yaitu kebersihan diri dari sesuatu yang
dihukumi sebagai najis, yang disebut dengan istilah hadats.
Berbagai metode mengajar yang baik dan
menyenangkan dapat digunakan untuk pembelajaran wudhu pada siswa MI. Namun,
sebelumnya perlu diingat pembelajaran itu harus menyentuh aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik anak didik usia 6-12 tahun. Untuk itu pemilihan metode
pembelajaran yang tepat bagi materi yang berbeda akan membantu memudahkan
pekerjaan guru.
Di bawah ini, beberapa metode pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam mengajarkan wudhu.
a.
Metode ceramah
Metode ini adalah metode paling tua, paling mudah
dan paling sering digunakan Metode ini dapat digunakan untuk menyampaikan
materi yang bersifat teoritis tentang wudhu dan hikmah-hikmahnya.
Untuk menggunakan metode ceramah dengan baik guru
harus menghindari beberapa kelemahan metode ini. Menurut buku Strategi
Pembelajaran Aktif, kelemahan metode ceramah antara lain:
1)
Membosankan
2)
Siswa tidak ikut aktif dalam pembelajaran
3)
Informasi berlangsung satu arah
4)
Umpan balik relatif rendah
5)
Ada kesan menggurui dan melelahkan
6)
Kurang melekat pada ingatan siswa
7)
Kurang terkendali, baik waktu maupun
materi
8)
Monoton
9)
Tidak mengembangkan kreatifitas siswa
10)
Siswa hanya menjadi objek didik
11)
Tidak merangsang siswa untuk membaca.
Beberapa kelemahan di atas hendaklah dihindari.
Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyertakan penjelasan visual dalam ceramah,
menyelinginya dengan pertanyaan sederhana dan sebagainya.
b.
Metode tanya jawab
Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran
sebagai alat apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
atau daya serap siswa. Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah
ceramah, yang akan berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah
jenuh.
Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1)
Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa.
2)
Untuk merangsang siswa berfikir.
3) Memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
c.
Metode picture and picture
Metode lain yang dapat digunakan
untuk pembelajaran wudhu adalah metode ceramah yang diikuti dengan teknik menyusun
gambar. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1)
Guru menyampaikan materi yang ingin dicapai
2)
Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3)
Guru menunjukkan memperlihatkan gambar-gambar
berkaitan dengan materi ajar, dalam hal ini bagian-bagian gambar gerakan wudhu (lihat
gambar wudhu di atas dan acak posisinya).
4)
Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar sesuai dengan urutannya.
5)
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran
urutan gambar tersebut
6)
Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru
mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7)
Guru memberikan kesimpulan atau rangkuman
d.
Metode demonstrasi
Metode ini digunakan untuk menunjukkan gerakan-gerakan
bersuci dari najis dan berwudhu. Untuk mengajarkan wudhu dengan metode ini, Guru
dapat melakukan tehnik Silent Demontration (demontrasi diam) dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
1)
Tentukan prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan kepada
siswa, dalam hal ini gerakan-gerakan wudhu secara tertib, misalnya:
§ Membasuh kedua telapak tangan.
§ Berkumur
§ Menghirup air ke hidung lalu
mengeluarkannya lagi - Membasuh muka (3
kali)
§ Membasuh kedua tangan
beserta/sampai sikut. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan diawali dari
tangan kanan.
§ Mengusap kepala dengan air (1
kali/3 kali) - Mengusap kedua telinga
§ Membasuh/mengusap kedua kaki (3
kali, dimulai dari yang kanan). -
Berdoa
2)
Mintalah siswa untuk memperhatikan cara Guru memperagakannya.
Lakukan dengan memberi penjelasan atau komentar
sesedikit mungkin. Ingat! Tugas guru di sini memberikan gambaran visual tentang cara wudhu.
3)
Bentuklah siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil.
4)
Minta
beberapa di antara
mereka menjelaskan apa
yang Guru lakukan.
Satu persatu dari gerakan
wudhu tadi. Jika siswa masih mengalami kesulitan ulangi lagi demontrasinya.
5)
Beri kesempatan masing-masing kelompok mempraktekkan
yang Guru demontrasikan
(wudhu).
6)
Akhiri dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan
tata cara wudhu dengan tartîb (lengkap,
berurutan dan dilakukan dalam satu waktu).
Sebagai
suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa kelebihan di
antaranya:
1)
Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari.
2)
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak
hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3)
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Di
samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antarannya:
1)
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang.
2)
Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat
yang memadai yang
berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah.
3)
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional.
e.
Metode praktek
Dengan
metode ini, guru bisa mengajak siswa ke tempat wudhu atau, sambil rekreasi ke
telaga dan di sana siswa diberi contoh dan dibimbing melakukan cara-cara
melakukan gerakan wudhu. Guru
harus memperhatikan dengan detail cara siswa mengambil air dan membasuhkannya
ke anggota badan yang dibasuh. Perhatikanlah apakah bagian-bagian itu telah terbasuh dengan benar. Perhatikan
pula cara mereka mengusapkan air ke
kepala. Kebanyakan anak-anak usia itu, melakukannya dengan membasahi rambut. Jelaskan
kepada mereka perbedaan membasahi rambut dengan mengusapkan air ke kepala dalam wudhu.
Guru-guru
kita di pesantren dan mushala mengajarkan wudhu dengan cara ini. Mereka membawa semua santri ke
tempat wudhu. Lalu kepada santri diperlihatkan cara wudhu yang benar. Kadang guru kita memperlihatkan
perbedaan cara mengambil air wudhu dari
keran air, dari telaga dan dari ember. Mereka sangat hati-hati dalam masalah
ini karena dalam fiqh ada konsep air musta'mal, yaitu air yang telah terpakai, air yang
dzatnya suci tapi tidak dapat mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita juga sangat
detail dalam cara membasuh wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut yang
biasanya terlewat ketika membasuh tangan, atau sampai tidaknya membasuh mata kaki,
dan sebagainya.
ini karena dalam fiqh ada konsep air musta'mal, yaitu air yang telah terpakai, air yang
dzatnya suci tapi tidak dapat mensucikan diri dari hadats. Guru-guru kita juga sangat
detail dalam cara membasuh wajah, sampai tidaknya santri membasuh sikut yang
biasanya terlewat ketika membasuh tangan, atau sampai tidaknya membasuh mata kaki,
dan sebagainya.
f.
Metode hapalan
Metode hapalan digunakan untuk
mengajarkan doa wudhu. Dengan metode ini, siswa dibimbing untuk mengikuti
bacaan/niat dan doa setelah wudhu sampai bisa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyampaikan bacaan
sedikit-sedikit. Guru membaca satu kalimat
pendek dari doa tersebut lalu meminta murid mengikuti bacaan. Lakukan berulang-ulang
sampai murid lancar.
Siswa dapat diajak
membaca doa tersebut (dan dibimbing) secara bersama-sama di awal atau di akhir pembelajaran.
Untuk menghindari kesalahan dalam
mendengar kata-kata, guru bisa menuliskan di papan tulis doa tersebut. Jika
siswa Guru belum lancar membaca doa dengan teks Arab, guru dapat menuliskannya dengan teks latin. Misalnya,
seperti di bawah ini:
asyhadu al-laa ilaaha illallooh
wahdahu laa syariikalah
wa asyhadu anna muhammadan
‘abduhu wa rasuuluh
wahdahu laa syariikalah
wa asyhadu anna muhammadan
‘abduhu wa rasuuluh
Alloohummaj’alnii minat-tawwaabiina
waj’alnii minal mutathohhiriin
waj’alnii minal mutathohhiriin
g.
Metode kisah
Guru menceritakan kisah-kisah yang menarik tentang
hikmah bersuci dan wudhu dengan tujuan agar siswa tertarik untuk berwudhu dan
membiasakan suci dari najis dan hadats.
Sebelum menggunakan
kisah sebagai metode
mengajar, sebaiknya Guru memperhatikan cara bercerita yang baik,
antara lain:
1) Guru harus menyukai cerita yang
akan dikisahkan.
2)
Guru harus menguasai cerita tersebut
3) Ingat tujuan mengemukakan cerita
4) Hayati ceritanya,
misalnya tirukan sikap
sombong, marah, gembira,
kaget dan sebagainya sesuai
cerita yang Guru sampaikan.
5) Sampaikan cerita dengan menunjuk
gambar yang telah Guru siapkan sebelumnya.
6) Nada suara disesuaikan dengan
cerita atau tokoh-tokohnya
7)
Guru harus peka terhadap perilaku siswa
saat mendengar cerita Guru, kalau siswa sudah bosan cerita diperpendek, kalau
senang cerita diulang dan diperpanjang.
Di bawah ini adalah kisah yang
dapat Guru sampaikan kepada siswa. Kisah ini diambil dari buku Syarh Irsyâd al-'Ibâd
karya Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî.
Suatu malam, Imam al-Ghazâlî
bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia bertemu dengan
orang-orang yang sudah meninggal. Sang Imam bertanya, "Bagaimana kabar
kalian?"
orang-orang yang sudah meninggal. Sang Imam bertanya, "Bagaimana kabar
kalian?"
Salah seorang di antara mereka
menjawab, "Suatu hari kami shalat tanpa wudhu dulu, maka Allah mengutus ular untuk menemaniku di
kuburan ini. Ini sungguh suatu keadaan yang
buruk dan menakutkan."
Untuk membiasakan memiliki wudhu
Anda bisa menganjurkan siswa agar berwudhu sebelum mandi, sebelum tidur, bahkan
sebelum mereka berangkat k e sekolah. Di bawah ini cerita tentang orang yang
membiasakan wudhu
Suatu hari datang seorang santri kepada Syaikh
'Athâ'illâh al-S akandarî. Dia meminta
syaikh untuk memberinya
ilmu kesaktian dan
keajaiban. Syaikh mengabulkannya
dengan memberinya 2 saran. Pertama, harus selalu punya wudhu dalam setiap waktu
dan kesempatan, dan kedua, harus selalu shalat dua rakaat setelah wudhu.
(Minta kepada siswa untuk membayangkan beratnya
perjuangan sant ri untuk selalu punya wudhu, apalagi di musim hujan. Dia harus
memilih m akanan dan minuman, yakni hanya makan dan minum makanan yang tidak
menghasilkan gas dalam perut. Dia juga tidak boleh telat makan, karena telat
makan dapat mengeluarkan gas di dalam perut, dan lain-lain).
Setelah satu tahun dengan perjuangannya, suatu hari
santri pergi ke sumur untuk mengambil air. Betapa heran dia, air yang
ditimbanya berubah menjadi emas. Cepat-cepat ia kembali ke gurunya dan
menceritakan kejadian itu . Syaikh berkata, "kamu sudah memiliki ilmu
kesaktian dan keajaiban itu saat kamu mengembalikan emas itu ke dalam sumur”
2.
Mandi
Mandi adalah meratakan air ke
seluruh tubuh dengan tujuan untuk menghilangkan hadats besar. Untuk
menyampaikan materi sebab-sebab harus mandi besar, seperti haid, nifas, masuk islam dan meninggal, guru bisa
menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Sebab-sebab yang mengharuskan mandi besar yang lain,
seperti keluar air mani dan senggama bisa juga guru menyampaikan bila dirasa
perlu. Ingat, yang guru ajar adalah anak usia 11-13 tahun, barangkali belum cukup dewasa untuk membahas hal itu. Jadi tidak
perlu khawatir, karena materi tersebut akhirnya akan diajarkan juga di kelas
lebih lanjut.
a.
Metode ceramah
Metode ceramah digunakan untuk
lima tujuan, yaitu:
1) Menyampaikan informasi
2) Menerangkan masalah
3) Menjelaskan sesuatu
4) Memberi motivasi
5) Mengajukan pendapat pribadi.
Dalam pembelajaran mandi wajib
metode ceramah dapat digunakan untuk;
1) Menyampaikan informasi tentang
tujuan pembelajaran mandi wajib
2) Menerangkan apa dan bagaimana mandi wajib
3) Menjelaskan sebab dan kegunaan mandi wajib
4) Memberi motivasi siswa membaca
buku tentang mandi wajib
5) Menyampaikan pendapat Guru sendiri tentang
masalah mandi wajib bila dirasa perlu.
Menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan
informasi berarti memberi tahu siswa tentang suatu fakta dengan tidak
menunjukkan hubungan sebab-akibat, atau
kesenjangan antara definisi dengan kenyataan tidak problematik. Cukup sekedar pemberitahuan atau sekedar diketahui. guru bisa
mengatakan:
§
Tujuan pembelajaran mandi wajib adalah
………….
§
Jenis-jenis air suci adalah air sungai,
air sumur, air laut, air hujan, air salju, dan air dari mata air.
Ceramah juga bisa digunakan guru
untuk menerangkan hakikat sesuatu atau cara melakukan sesuatu. Misalnya guru
mengatakan:
§
Mandi besar adalah ……………………….
§
Haid adalah ……………………………………
§ Cara-cara mandi wajib yang benar adalah mengalirkan air ke seluruh
tubuh disertai dengan niat mensucikan diri dari hadats besar.
§ Cara mandi wajib yang benar dan
sempurna sesuai dengan sunnah Nabi adalah sebagai berikut:
Ø Sebelum mandi, membasuh telapak
tangan tiga kali
Ø Membasuh kemaluan
Ø Berwudhu secara sempurna
Ø Menyiramkan air ke kepala, sebanyak tiga kali
sambil memasukkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut, sehingga
membasahi kulit kepala.
Ø Menyiramkan air ke seluruh tubuh
dengan memulai dari sisi kanan,…… ……dan seterusnya.
Metode ceramah bisa guru gunakan untuk menjelaskan
sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain. Guru menjelaskan
"mengapa" atau "untuk apa" dari sesuatu berarti guru sedang
menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan. Misalnya:
§ Mengapa cara mandi wajib perempuan berbeda dengan cara
mandi laki-laki? Hal itu karena perbedaan fisik dan keadaan antara perempuan
dan laki-laki dan seterusnya.
Ceramah bisa Guru gunakan untuk memberi motivasi
menimbulkan minat dan perhatian siswa untuk melakukan sesuatu. Ceramah juga
dapat digunakan suntuk menyampaikan pendapat pribadi Guru tetang suatu masalah.
b.
Metode tanya jawab
Metode ini dapat digunakan di awal pembelajaran
sebagai alat apersepsi atau di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
atau daya serap siswa. Metode ini juga dapat digunakan di tengah-tengah
ceramah, yang akan berguna untuk mengembalikan perhatian siswa yang sudah
jenuh.
Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1)
Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa.
2) Untuk merangsang siswa berfikir. Memberi kesempatan pada
siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
c.
Metode jigsaw
Untuk
menyampaikan materi mandi
wajib kepada siswa
kelas VI MI, Guru bisa menggunakan teknik jigsaw dalam pembelajarannya.
Teknik ini dapat mengaktifkan siswa serta melatih siswa percaya diri dalam
melakukan sesuatu serta melatih sikap tanggung jawab. Teknik ini dapat Guru
laksanakan, misalnya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1)
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok. Satu kelompok beranggotakan 4 orang.
2)
Tiap orang dalam kelompok diberi bagian
materi yang berbeda, misalnya:
Siswa pertama
diberi materi: hal-hal
yang haram dilakukan
oleh orang yang berhadats
besar, seperti shalat, thawaf, memegang dan membaca al-Qur`an, dan duduk atau berhenti di mesjid.
Siswa kedua membaca materi: cara-cara (rukun) mandi
wajib, yaitu (1) niat, dan (2) mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Siswa
ketiga menelaah materi: Mandi Sunnah, yaitu: (1) pada hari jum'at; (2) hari raya 'idul fithri dan adha, (3) setelah
memandikan mayat; (4) memulai ihram untuk haji ataupun umrah, (5) sembuh dari
kegilaan; dan (6) saat masuk Islam.
Siswa
keempat mempelajari materi: sunnah-sunnah mandi, yaitu: (1) membasuh
kedua telapak tangan tiga kali, (2) membasuh kemaluan, (3) berwudhu, (4) menyiramkan air ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari sebelah kanan, dan (6) berturut-turut.
kedua telapak tangan tiga kali, (2) membasuh kemaluan, (3) berwudhu, (4) menyiramkan air ke kepala tiga kali, dan (5) menyiramkan air ke seluruh tubuh mulai dari sebelah kanan, dan (6) berturut-turut.
3)
Tiap orang dalam kelompok diberi tugas yang
berbeda
4)
Anggota tim yang berbeda, yang telah mempelajari
bagian/sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub-bab mereka.
Misalnya, siswa yang
mempelajari cara-cara mandi
wajib berkumpul bersama dalam kelompok baru untuk
mendiskusikannya.
5)
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli
anggota kelompok tersebut kembali ke kelompoknya semula dan bergantian
mengajarkan materi yang dikuasainya kepada teman sekelompok. Sementara anggota tim yang lain mendengarkan
dan membuat catatan.
6)
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas (klasikal).
7)
Guru memberikan evaluasi dan panduan
8)
Penutup.
d.
Metode Student Team-Achievement Divisions (STAD)
Hampir mirip dengan teknik
jigsaw, dalam mengajarkan materi mandi wajib Guru dapat juga menggunakan teknik STAD
dengan langkah-langkah berikut ini:
1)
Kelompokkan siswa menjadi
beberapa kelompok dengan
anggota kelompok 4 (empat)
orang siswa.
2)
Guru menyajikan pelajaran mandi wajib
dengan menggunakan ceramah.
3)
Guru
membagikan tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota-anggotanya. Tugas berupa
membuat ringkasan ceramah.
4)
Anggota kelompok yang sudah mengerti diberi tugas untuk
menyampaikan materi yang dipahaminya kepada
anggota kelompoknya, sampai semua anggota kelompok mengerti.
5)
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh
siswa. Pada saat menjawab kuis siswa tidak boleh saling membantu.
6)
Guru memberi evaluasi
7)
Guru
memberikan kesimpulan.
e.
Metode membagi kelompok
Dalam membuat kelompok perlu
memperhatikan pembagian siswa dengan adil dan merata, yakni orang yang memiliki kemampuan akademik tinggi
dikelompokkan dengan yang kemampuannya
menengah dan rendah. Di bawah ini contoh pembagian siswa dengan cara tersebut:
Pengelompokan Heterogetitas berdasarkan
kemampuan akademik
Langkah I: Langkah II: Langkah
III:
Urutkan siswa ber- Membentuk kelompok I Membentuk kelompok
dasarkan kemam- selanjutnya
puan akademik
1. Mikal 1. Mikal 1. Mikal
2. Lukman 2. Lukman 2. Lukman
3. Rahmi 3. Rahmi 3. Rahmi
4. Naufa 4. Naufa 4. Naufa
5. Imad 5. Imad 5. Imad
6. Dimas 6. Dimas 6. Dimas
7. Muslim 7. Muslim 7. Muslim
8. Ilham 8. Ilham 8. Ilham
9. Zidni 9. Zidni 9. Zidni
10. Fadla 10. Fadla 10. Fadla
11. Nguru 11. Nguru 11. Nguru
12. Dinda 12. Dinda 12.
Dinda
13. Fahmi 13. Fahmi 13.
Fahmi
14. Syifa 14. Syifa 14. Syifa
15. Ghina 15. Ghina 15. Ghina
16. Lina 16. Lina 16. Lina
17. Rizki 17. Rizkia 17. Rizki
18. Milla 18. Milla 18. Milia
19. Tessa 19. Tessa 19. Tessa
20. Ma'ruf 20. Ma'ruf 20.
Ma'ruf
1 12 2 11
13 19 14 20
3.
Khitan
Arti Khitan menurut bahasa adalah
“memotong”.Sedangkan menurut istilah khitan pada laki-laki adalah memotong
kulit yang menutupi ujung kemaluan laki-laki yang disebut dengan Qulfah, agar
tidak terhimpun kotoran di dalamnya, dan juga agar dapat menuntaskan air
kencing, serta tidak mengurangi nikmatnya jima’ suami isteri. Ada beberapa
kebiasaan alamiah yang dianjurkan Nabi Muhammad
kepada umatnya, di antaranya: (1) khitan, (2) merapikan rambut, (3) memelihara janggut, (4) memotong kuku, (5) menghilangkan bulu-bulu yang mengganggu, (6) membiarkan uban atau mengubah warnanya, (7) memakai wangi-wangian dan (8) menggosok gigi.
kepada umatnya, di antaranya: (1) khitan, (2) merapikan rambut, (3) memelihara janggut, (4) memotong kuku, (5) menghilangkan bulu-bulu yang mengganggu, (6) membiarkan uban atau mengubah warnanya, (7) memakai wangi-wangian dan (8) menggosok gigi.
Untuk mencapai tujuan pencapaian kompetensi dari
materi yang diajarkan, seorang guru harus menggunakan metode yang baik dalam
penyampaiannya. Metode yang baik, selain berguna agar materi gampang diserap
siswa, juga dapat mengaktifkan siswa mencari pengetahuan secara mandiri dan
bekerja sama. Di antara metode untuk menyampaian materi khitan, Guru dapat
menggunakan beberapa metode di bawah ini:
a.
Metode Teknik Reading Guide
(Penuntun Bacaan)
Untuk mengajarkan materi khitan kepada siswa
kelas VI Guru dapat menggunakan teknik penuntun bacaan. Teknik ini bisa Guru
lakukan sebelum tanya jawab di kelas atau untuk memberi tugas pekerjaan rumah. Untuk menjalankan teknik ini Guru
dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1)
Tentukan bacaan yang akan dipelajari. Guru dapat memperolehnya
dari buku ajar, buku fiqh atau artikel di
koran atau majalah. Di bawah ini adalah salah satu contohnya:
Khitan (atau sunat) ialah
memotong kulup atau kulit yang menutupi ujung kemaluan laki-laki, agar terhindar dari
berkumpulnya kotoran di bawah kulup, dan memudahkan pembersihannya setelah buang air
kecil (kencing). Sebagian besar ulama mewajibkannya atas setiap laki-laki muslim, sebaiknya
sebelum usia baligh, ketika kewajiban
shalat mulai berlaku atas seseorang.
Adapun tentang khitan bagi
perempuan (dengan melukai sedikit dari bagian atas kemaluannya) tidak ada hadis
shahih yang memerintahkannya. Karenanya, sebagian ulama masa kini menganggapnya
sebagai suatu tindakan sewenang-wenang terhadap perempuan, mengingat hal itu
hanya menimbulkan gangguan yang tidak perlu.
Sumber: Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih
Pratis Jilid 1
2)
Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijawab oleh siswa. Untuk teks yang berbeda guru bisa menggunakan kisi-kisi, bagan, atau
skema yang dapat diisi oleh siswa.Untuk teks di atas Guru bisa menggunakan
pertanyaan-pertanyaan pemandu bacaan, sebagai berikut :
a)
Yang dimaksud dengan khitan adalah ………….
b)
Sebutkan dua kegunaan/hikmah khitan?
c)
Apa hukum khitan bagi anak laki-laki
muslim?
d)
Kapan sebaiknya khitan dilakukan?
e)
Apakah khitan menjadi syarat sah sholat?
f)
Apa hukum khitan bagi anak perempuan?
g)
Apa alasan ulama yang menolak pemberlakuan
khitan bagi anak perempuan?
3)
Bagikan bahan bacaan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
4)
Tugaskan siswa untuk mempelajari bacaan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan.
5)
Bahas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
menanyakan jawabannya kepada siswa.
6)
Di akhir pembelajaran berikan
ulasan secukupnya.
b.
Metode Cooperative Script
Teknik ini digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks bacaan dan kemampuannya untuk
menjelaskan pemahamannya kepada siswa lain. Dengan teknik ini, siswa diajak
bekerja berpasangan dan bergantian, secara lisan, mengikhtisarkan bagian-bagian
materi yang dipelajari. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti
langkahlangkah berikut ini:
1)
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
pasangan
2)
Guru membagikan wacana atau materi kepada
tiap siswa untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.
3)
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
berperan pertama sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
dari setiap pasangan.
4)
Pembicara (siswa pertama) menyampaikan
ringkasan selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar (siswa kedua),
a)
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap; dan
b)
Membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5)
Siswa bertukar peran, yang semula menjadi pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Lakukan seperti di atas.
6)
Buat kesimpulan oleh siswa, dengan dipandu
oleh guru.
7)
Penutup.
c.
Metode Artikulasi
Untuk mengetahui daya serap siswa
atas materi yang disampaikan melalui metode ceramah, Guru dapat menggunakan teknik
artikulasi. Teknik ini menuntut siswa melakukan artikulasi atas materi yang diterimanya
dari guru dalam suatu pembelajaran dengan metode ceramah. Teknik ini dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1)
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
2)
Guru menyampaikan materi sebagaimana biasanya, menggunakan
metode ceramah.
3)
Bentuklah
kelompok-kelompok siswa beranggotakan 2 (dua)
orang siswa (berpasangan)
4)
Tugaskanlah salah satu
siswa dari pasangan
itu menceritakan kembali
materi yang baru diterimanya dari guru
kepada pasangannya, sedangkan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan.
5)
Suruhlah siswa berganti peran. Siswa yang tadinya menyampaikan
materi menjadi pendengar dan yang tadinya sebagai pendengar bertugas
menyampaikan materi.
6)
Tugaskan siswa agar bergiliran/diacak menyampaikan
materi yang dipelajari ke pasangan yang lain. Lakukan hal ini, sampai semua siswa
mendapatkan gilirannya.
7)
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang
sekiranya belum dipahami siswa.
8)
Guru membuat kesimpulan dan menutup
kegiatan.
d.
Metode Reading Aloud (Membaca Keras)
Di antara teknik mengajar yang
dapat dilakukan untuk menyampaikan materi khitan adalah teknik membaca keras.
Teknik ini berguna untuk membantu siswa berkonsentrasi atas materi ajar melatih
siswa bertanya dan membangkitkan suasana diskusi. Cara ini dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut:
1)
Pilih suatu teks yang cukup menarik
tentang khitan untuk dibaca dengan keras oleh siswa. Usahakan teks tersebut tidak
terlalu panjang.
2)
Berikan kopian teks kepada siswa. Beri tguru
pada poin-poin tertentu atau isu-isu yang menarik untuk didiskusikan bersama
3)
Bagi teks ke dalam beberapa paragraf atau
yang lainnya
4)
Minta beberapa siswa untuk membaca
bagian-bagian teks yang berbeda-beda secara bergiliran. Pastikan mereka membaca
dengan keras sehingga terdengar oleh semua siswa dalam kelas tersebut.
5)
Ketika bacaan berlangsung, berhentilah
pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu, untuk
bertanya atau memberi contoh. Berilah waktu kepada siswa untuk berdiskusi jika
mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut.
6)
Akhiri proses dengan bertanya kepada siswa apa yang
termaktub dalam teks, sebagai salah satu cara menyimpulkan.
B.
MEDIA PEMBELAJARAN WUDHU, MANDI DAN KHITAN
1.
Wudhu
Setelah mempelajari dan tahu beberapa
metode/teknik pembelajaran dalam pelajaran Fiqih dengan materi Wudhu, berikut
media yang bisa digunakan dalam metode/teknik tersebut :
a) Gambar Wudhu
b) Papan tulis
c) Buku tulis
d) Video Wudhu
2.
Mandi
a) Papan tulis
b) Buku tulis
c) Boneka anak-anak
d)
Video
3.
Khitan
a)
Papan tulis
b)
Buku tulis
C.
EVALUASI PEMBELJARAN WUDHU, MANDI DAN KHITAN
1.
Wudhu
Evaluasi atas keberhasilan pembelajaran yang Guru
lakukan dapat menggunakan metode-metode
berikut:
a. Tanya jawab di akhir pembelajaran
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi. Metode
ini, bila digunakan
sebagai metode evaluasi,
dapat diterapkan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam:
§ Menyebutkan urutan-urutan
gerakan wudhu
§ Menyebutkan hal-hal yang
membatalkan wudhu, dan sebagainya.
b. Quiz. Guru membuat sebanyak mungkin pertanyaan dengan
jawaban pendek (satu atau dua kata) untuk
satu tema. Pertanyaan-pertanyaan itu dibagikan kepada siswa untuk
dijawab. Sesuaikan pertanyaan-pertanyaan itu dengan materi pembelajaran yang dianggap penting.
c. Mengamati
secara langsung cara-cara
siswa melakukan wudhu
satu persatu, sebagaimana dalam
metode praktek di atas
d. Untuk menguji ingatan dan
pemahaman siswa atas materi, Guru dapat menggunakan teknik empty outline (baris-baris kosong). Teknik ini
berbentuk garis-garis kosong yang membantu
siswa menyebutkan ulang
materi pembelajaran yang
telah disampaikan. Teknik ini
dapat Guru lakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah berikut:
1)
Guru buat satu outline kosong atau sebagian
kecil telah diisi, misalnya sebagai berikut:
Rukun Wudhu
§ …………………………
§ …………………………
§ …………………………
§ Menyeka kepala
§ …………………………
§ …………………………
2)
Bagikan outline itu kepada siswa.
3)
Suruhlah siswa mengisi baris-baris kosong sesuai dengan batas waktu yang disediakan.
4)
Kumpulkan jawaban siswa untuk dinilai.
2.
Mandi
Pada dasarnya evaluasi pembelajaran mandi wajib dapat dilakukan
melalui tes lisan, tertulis maupun praktek. Dalam tes tulis, siswa dapat diberi
soal berupa jawaban uraian ataupun
objektif.
Salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi pembelajaran adalah satu teknik yang disebut dengan
istilah muddiest point (masalah yang paling kabur). Teknik ini dapat digunakan untuk melihat
kemampuan siswa dalam kecakapan mendengar, menyimak, konsentrasi, menganalisa, dan
menyimpulkan. Sekaligus dengan teknik ini seorang guru dapat
mengevaluasi dirinya dalam
menampaikan materi. Pertanyaan-pertanyaan
yang dikumpulkan dari siswa dapat menjadi bahan review pelajaran pada pertemuan berikutnya. Teknik ini dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Tentukan umpan balik (feedback)
yang diinginkan untuk materi pelajaran mandi wajib dari satu sesi pengajaran.
b. Sediakan waktu beberapa menit di
akhir sesi pengajaran.
c. Sebelum menugaskan siswa,
beritahukan kepada mereka berapa waktu yang tersedia untuk mengerjakannya dan
apa kegunaan pekerjaan itu.
d. Kemudian, bagikan
potongan-potongan kertas atau kartu-kartu kepada mereka.
e. Mintalah mereka menulis butir
yang paling kabur, materi yang paling tidak dipahami dari materi pelajaran yang
telah diberikan.
f. Setelah siswa mengerjakannya,
kumpulkan jawaban mereka
g.
Berilah respon terhadap umpan balik siswa tersebut pada
pertemuan berikutnya.
3.
Khitan
Evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjelaskan
ketentuan dan hikmah khitan pada dasarnya
dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan maupun tulisan. Teknik-teknik yang telah dijelaskan di depan pun
sebenarnya dapat juga digunakan untuk melakukan
evaluasi atas keberhasilan pengajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan Guru
dalam mengajarkan materi serta kemampuan siswa
menangkap pengertian materi,
selain teknik-teknik yang
telah disebutkan sebelumnya, Guru dapat
menggunakan teknik Minutes Paper (Catatan Singkat). Teknik ini menggunakan satu lembar kertas yang menyajikan
tanggapan siswa atas materi yang diajarkan
dengan cepat dan sederhana. Guru menyisakan waktu beberapa menit sebelum sesi pelajaran habis dan melakukan prosedur di
bawah ini:
a. Sebelum mengakhiri kegiatan belajar mengajar,
fokuskan objek evaluasi pada pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Selanjutnya, dalam 4 atau 5
menit mintalah siswa menjawab pertanyaan: “Apa yang paling penting Guru pelajari
dari kegiatan belajar tadi?”
c. Kemudian, dalam 4 atau 5 menit
kedua, mintalah siswa menjawab pertanyaan: “Apa pertanyaan penting Guru yang belum
terjawab dalam kegiatan belajar tadi?”
d. Kumpulkan jawaban siswa untuk
dievaluasi.
e.
Ucapkan terima kasih dan tutup
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tujuan
dan pendekatan pembelajaran fiqih adalah bagaimana mengajarkan dan menanamkan
sikap suci kepada siswa madrasah ibtidaiyah, melalui wudhu, mandi dan
khitan kepada siswa dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Sedangkan Sumber belajar dan
media belajar adalah kedua komponen yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar dalam menunjang pembelajaran, dengan penyampaian komunikasi yang apik
dan dapat dipahami serta diterima oleh peserta didik.
B.
SARAN
Guru
harus menguasai materi terlebih dahulu sebelum menyampaikan pelajaran dan dapat
menyusun strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran yang tepat. Karena sumber belajar dan media yang tepat adalah unsur
penunjang dalam proses
komunikasi, maka jenis bentuk dan fungsinya sangat ditentukan oleh jenis, bentuk, dan tujuan komunikasi itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Tri Prasetya, Joko, Strategi Belajar
Mengajar, Bandung: Pustaka Setia,
1997.
1997.
Direktorat Pendidikan Madrasah, Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
2007.
Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
2007.
Habsyi, Muhammad Bagir al-, Fiqh
Praktis Menurut al-Qur`an, As-Sunnah dan Pendapat Para
Ulama, Bandung: Mizan, 2005.
Ulama, Bandung: Mizan, 2005.
Lie, Anita, Cooperative Learning:
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008.
Kelas, Jakarta: Gramedia, 2008.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam,
Jakarta: At-Thahiriyah, 2006.
Tafsir, Ahmad, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama
Islam, Bandung, Maestro,
2008.
2008.
Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan
Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan masukan anda dengan blog ini ?