Pages

Minggu, 21 Juli 2013

sejarah timbulnya tasawuf


SEJARAH TIMBULNYA TASAWUF


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Akhlak
Dosen Pengampu : Bpk. Rosidi M.SI


Oleh :
Kelompok 2
                          Nama      :                            
                          1. Ahmad Syaifuddin             ( 123911206 )
                          2. Catur Pujianto                  ( 123911209 )
                          3. Sri Lesari                          ( 123911285 )
                          4 . Umu Rochmah                 ( 123911293 )
                          5 . Zaedun Nurhuda              ( 123911295 )
                          6 . Munawaroh                     ( 123911297 )



PROGRAM DUAL MODE SYSTEM (S1)
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013
SEJARAH TIMBULNYA TASAWUF


I.          PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan salah satu program pendidikan yang menumpukan perhatian kepada pembersihan jiwa manusia daripada seluruh penyakit-penyakitnya, yang dapat menjauhkan manusia dari Allah SWT. dan membetulkan kelakuan dan perilaku yang menyimpang dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. hubungan sesama manusia dan dengan ego diri. yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Karena jiwa manusia pada tabiatnya merupakan tempat yang di dalamnya terhimpun berbagai penyakit-penyakit, seperti sombong, 'ujub (bangga diri), angkuh, egois, kikir, marah, riya', dorongan maksiat dan durhaka, hasrat memuaskan diri dan membalas dendam, benci, dengki, menipu, tamak, dan loba.
Sehingga untuk menghilangkan dan membersihkan semua penyait-penyakit manusia tersebut dengan cara memahami dan mendalami Ilmu Tasawuf. Meskipun sebenarnya Tasawuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in). Istilah ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. Abdul Hasan Al Fusyandi mengatakan, "Pada zaman Rasulullah Saw, tasawuf ada realitasnya, tetapi tidak ada namanya. Dan sekarang, ia hanyalah sekedar nama, tetapi tidak ada realitasnya."

II.          PERMASALAHAN
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai berikut :
a.         Memahami Arti Tasawuf
b.         Dasar-dasar Tasawuf dalam Al Qur’an
c.         Kehidupan Rasulullah sebagai Sumber Tasawuf

d.        Faktor-faktor Lahirnya Tasawuf
e.         Unsur Hindu Budha
f.          Unsur Arab

III.          PEMBAHASAN POKOK MATERI
A.       Memahami Arti Tasawuf
Tasawuf adalah Ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Pemikiran Tasawuf muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar keseluruh belahan dunia. Pada awalnya Tasawuf merupakan gerakan Zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Dan pelaku Tasawuf disebut Sufi. [1]
Sedang menurut Kyai Misbah Musthofa, bahwa Ilmu Tasawuf yaitu: Ilmu yang untuk mengetahui tingkah laku nafsu manusia dan sifat-sifatnya nafsu, sifat yang buruk dan sifat yang baik terpuji.
Dan buahnya Ilmu Tasawuf yaitu; dengan kanugerahan Allah bisa mengosongkan hati dari segala sesuatu yang selain Allah dan bisa melihat Allah dengan mata batinnya, kemudian menerima kanugerahan yang bermacam-macam, dan Ilmu yang tidak bisa diraih oleh masyarakat umum, yaitu yang disebut ma’rifat Allah. [2]
Harun Nasution mengatakan bahwa kata tasawuf ( التصوف ) berasal dari kata sufi ( صوفى ). Dan menurut sejarah, orang pertama yang memakai kata sufi adalah seorang zahid atau ascetic Abu Hasyim al-Kufi di Irak (w. 150 H). Untuk mendifinisikan tasawuf, dapat dilihat dari dua pendekatan; pendekatan secara etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah).
Adapun pendekatan secara etimologi, ada beberapa istilah :
1.        Ahl al-Suffah  ( أهل الصفة ) yaitu orang-orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah, menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lainnya sebagai hanya untuk Allah.
2.        Shaf ( صف) yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah. Menggambarkan keadaan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan lainnya.
3.        Sûfi صوفى ) dari kata( صافى )  dan ( صفى ) yaitu bersih dan suci. Menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
4.        Sophos, bahasa Yunani yang berarti hikmah. Menggambarkan keadaan orang yang jiwanya senantiasa cenderung kepada kebenaran.
5.        Sûf  (صو ف  ), yaitu kain wol yang kasar. Menggambarkan orang yang hidupnya serba sederhana, tidak mengutamakan kepentingan dunia, tidak mau diperbudak oleh harta yang dapat menjerumuskan dirinya dan membawa ia lupa akan tujuan hidupnya, yakni beribadah kepada Allah.
Dengan demikian dari segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah.
Sedangkan pendekatan secara terminologi (istilah) terdapat tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf.
1.        Sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Yaitu tasawuf sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
2.        Sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang. Yaitu tasawuf sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.        Sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan. Yaitu tasawuf sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepada Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu dan lainnya dihubungkan, segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia. [3]
Dari apa yang dikemukakan di atas, inti tasawuf adalah beribadah langsung kepada Allah sedekat-dekatnya dan kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dan mengosongkan diri serta berkontemplasi.

B.       Dasar-dasar Tasawuf Dalam Al Qur’an
Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya nanti melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya.
Al-Qur’an antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan Tuhan. Hal itu misalnya difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54 yang bunyinya:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £s?ötƒ öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ t$öq|¡sù ÎAù'tƒ ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!ÏŒr& n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûï͍Ïÿ»s3ø9$# šcrßÎg»pgä Îû È@Î6y «!$# Ÿwur tbqèù$sƒs sptBöqs9 5OͬIw 4 .….الاية
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

Dan jika diteliti lebih mendalam semua tingkatan dan keadaan yang dilalui para sufi (yang ada pada dasarnya merupakan objek tasawuf), kita banyak menemukan landasannya dalam Al-Qur’an. Berikut ini akan kami kemukakan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan sebagian tingkatan dan keadaan para sufi. Misalnya:
v  Tingkatan zuhud, (yang banyak diklaim sebagai awal beranjaknya tasawuf), telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 77 yang berbunyi:
 ö@è% ßì»tFtB $u÷R9$# ×@Î=s% äotÅzFy$#ur ×Žöyz Ç`yJÏj9 4s+¨?$# Ÿwur tbqßJn=ôàè? ¸xÏGsù ÇÐÐÈ 
Artinya: " Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.

v  Tingkatan takwa berlandaskan pada firman Allah pada surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi
 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 .….الاية
Artinya:“Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”.

v  Selain itu dengan landasan ayat yang menerangkan bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, (QS.Al-Hadiid: 20).
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/
֍èO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßkÍku çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm ( Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓƒÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇËÉÈ 

Artinya: Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

v  Dan ayat yang menerangkan ancaman bagi orang yang merasa puas dengan kehidupan dunia dan melalaikan kehidupan akhirat, (QS. Yunus: 7-8).
¨bÎ) šúïÏ%©!$# Ÿw šcqã_ötƒ $tRuä!$s)Ï9 (#qàÊuur Ío4quysø9$$Î/ $u÷R9$# (#qœRr'yJôÛ$#ur $pkÍ5 šúïÏ%©!$#ur öNèd ô`tã $uZÏF»tƒ#uä tbqè=Ïÿ»xî ÇÐÈ  šÍ´¯»s9'ré& ÞOßg1urù'tB â$¨Y9$# $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 šcqç7Å¡õ3tƒ ÇÑÈ 

Artinya: 7. orang-orang yang tidak mengharapkan (Tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami,
8.  Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.

Selain ayat-ayat tersebut diatas, masih banyak lagi ayat yang mendorong untuk bertasawuf.

C.       Kehidupan Rasulallah sebagai Sumber Tasawuf
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan perilaku Nabi Muhammad SAW.
Ø Peristiwa dan Perilaku Hidup Nabi. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau berkhalwat (mengasingkan diri) di Gua Hira, terutama pada bulan Ramadhan disana Nabi banyak berzikir dan bertafakur dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengasingan diri Nabi SAW digua Hira ini merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Kemudian puncak kedekatan Nabi SAW dengan Allah SWT tercapai ketika melakukan Isra’ Mi’raj.
Ø Perikehidupan (sirah) Nabi Muhammad SAW juga merupakan benih-benih tasawuf yaitu pribadi Nabi SAW yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona dengan kemewahan dunia. Dalam salah satu Doanya ia memohon: ”Wahai Allah, Hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin” (HR.At-Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim).
“Pada suatu waktu Nabi SAW datang kerumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar as-Siddiq. Ternyata dirumahnya tidak ada makanan. Keadaan ini diterimanya dengan sabar, lalu ia menahan lapar dengan berpuasa” (HR.Abu Dawud, at-Tirmizi dan an-Nasa’i) .
Ø Ibadah Nabi Muhammad SAW. juga sebagai cikal bakal tasawuf. Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang paling tekun beribadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa pada suatu malam Nabi SAW mengerjakan shalat malam, didalam salat lututnya bergetar karena panjang dan banyak rakaat salatnya. Tatkala rukuk dan sujud terdengar suara tangisnya namun beliau tetap melaksanakan shalat sampai azan Bilal bin Rabah terdengar diwaktu subuh. Melihat Nabi SAW demikian tekun melakukan shalat, Aisyah bertanya: ”Wahai Junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan yang akan datang diampuni Allah, mengapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi Muhammad SAW menjawab:” Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur” (HR.Bukhari dan Muslim).
Selain banyak shalat Nabi Muhammad SAW juga banyak berzikir. Beliau berkata: “Sesungguhnya saya meminta ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya setiap hari tujuh puluh kali” (HR.at-Tabrani). Dalam hadis lain dikatakan bahwa Nabi SAW meminta ampun setiap hari sebanyak seratus kali (HR.Muslim). Selain itu Nabi Muhammad SAW banyak pula melakukan iktikaf dalam masjid terutama dalam bulan Ramadhan.
Ø Akhlak Nabi Muhammad SAW. merupakan acuan akhlak yang tidak ada bandingannya. Akhlak Nabi Muhammad SAW bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT dalam Surat Al Qalam ayat 4 yang bunyinya:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ 
Artinya: “Dan sesungguhnya kami (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
dan ketika Aisyah ditanya tentang Akhlak Nabi SAW, Beliau menjawab: Akhlaknya adalah Al-Qur’an”(HR.Ahmad dan Muslim).
Karena tingkah laku Nabi Muhammad Saw. tercermin dalam kandungan Al-Qur’an sepenuhnya. Dalam diri Nabi SAW terkumpul sifat-sifat utama, yaitu rendah hati, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh, santun dan tidak mabuk pujian. Nabi SAW selalu berusaha melupakan hal-hal yang tidak berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW merupakan tipe ideal bagi seluruh kaum muslimin, termasuk pula para sufi.[4] Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ 
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

D.       Faktor-faktor Lahirnya Tasawuf
Abdul ‘Ala ‘Affifi mengklasifikasikan pendapat sarjana  tentang faktor tasawuf ini menjadi empat aliran. Pertama, dikatakan bahwa tasawuf berasal dari India melalui Persia. Kedua, berasal dari asketisme Nasrani. Ketiga, dari ajaran Islam sendiri. Keempat, berasal dari sumber yang berbeda-beda kemudian menjelma menjadi satu konsep.
Dengan demikian faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf dapat dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu ekstern dan faktor intern.
1.        Faktor ekstern
Banyak pendapat yang telah mengemukakan tentang faktor ekstern ini, antara lain sebagai berikut :
a)         Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham kristen yang menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri di biara-biara.
b)        Taswuf lahir karena pengaruh dari filsafat Phytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia kekal dan berada didunia sebagai orang asing.
c)         Munculnya tasawuf dalam islam sebagai pengaruh dari filsafat emanasi Plotinus yang membawa paham bahwa wujud memancar dari dzat Tuhan.
d)        Tasawuf lahir atas pengaruh paham Nirwana. Menurut ajaran Budha bahwa seorang harus meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
e)         Tasawuf lahir karena pengaruh ajaran Hinduisme yang mendorong manusia meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan demi tercapainya persatuan antara Atman dan Brahman.
2.        Faktor intern
Faktor ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’, taqwa, dan tasawuf. Selain itu kedua sumber tersebut mendorong umatnya beribadah, bertingkah laku baik, salat Tahajjud (QS. Al-muzammil : 7) berpuasa dan sebagainya, yang semua itu merupakan inti tasawuf. Al-Qur’an mendiskripsikan sifat-sifat orang yang wira’i, taqwa, dan tasawuf dalam QS. Al-Ahzab ayat 35 sebagai berikut:
¨bÎ) šúüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÏM»yJÎ=ó¡ßJø9$#ur šúüÏZÏB÷sßJø9$#ur ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur tûüÏGÏZ»s)ø9$#ur ÏM»tFÏZ»s)ø9$#ur tûüÏ%Ï»¢Á9$#ur ÏM»s%Ï»¢Á9$#ur tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ÏNºuŽÉ9»¢Á9$#ur tûüÏèϱ»yø9$#ur ÏM»yèϱ»yø9$#ur tûüÏ%Ïd|ÁtFßJø9$#ur ÏM»s%Ïd|ÁtFßJø9$#ur tûüÏJÍ´¯»¢Á9$#ur ÏM»yJÍ´¯»¢Á9$#ur šúüÏàÏÿ»ptø:$#ur öNßgy_rãèù ÏM»sàÏÿ»ysø9$#ur šúï̍Å2º©%!$#ur ©!$# #ZŽÏVx. ÏNºtÅ2º©%!$#ur £tãr& ª!$# Mçlm; ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $VJÏàtã ÇÌÎÈ 
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

Ayat ini mendorong kepada umat agar mempunyai sifat-sifat terpuji itu. Dalam berbagai ayat banyak sifat sorga dan neraka, agar umat termotivasi dan menjauhkan diri dari neraka.
Reaksi kerohanian kaum muslimin terhadap sistem sosial politik dan ekonomi di kalangan umat Islam sendiri, yaitu ketika Islam telah tersebar ke berbagai negara yang sudah barang tentu membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu, seperti terbuka kemungkinan dipertersebut. olehnya kemakmuran di satu pihak, dan terjadinya pertikaian politik intern umat Islam yang menyebabkan perang saudara antara Ali ibn Abi Thalib dengan Mu’awiyah, yang bermula dari fitnah al-Kubra yang menimpa khalifah ketiga, ‘Utsman ibn Affan. Dengan adanya fenomena sosial politik seperti itu ada sebagian masyarakat atau ulamanya tidak ingin terlibat dalam kemewahan dunia dan mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap pergolakan yang ada, mereka mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam pertikaian tersebut. [5]

E.       Unsur Hindu Budha
Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran Hindu.
Ajaran Hindu mendorong manusia agar menyatukan jiwanya dengan dewa, yang disebut penyatuan Atman dengan Brahman, yang sama dengan ittihad, hulul, dan wahdatul wujud dalam Tasawuf islam. Sedangkan ajaran Budha mendorong untuk mencapai nirwana, dengan cara meninggalkan kehidupan dunia atau berkontemplasi (bersemedi), untuk meniadakan dirinya, yang dalam Tasawuf Islam dikenal dengan sebutan fana’ dan baqa’.
Demikian juga pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah. [6]  
Namun, Qamar Kailani dalam ulasannya tentang asal-usul tasawuf menolak pendapat mereka yang mengatakan tasawuf berasal dari agama Hindu-Budha. Menurutnya, pendapat ini terlalu ekstrim. Kalu diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu-Budha, berarti pada zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu-Budha ke Mekkah. Padahal, sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.

F.        Unsur Arab
Selama masa Rasulullah hingga kekhalifahan Abu Bakar sampai Ali (599-661 M), selalu diadakan berbagai pertemuan yang menghasilkan sumpah atau janji setia dan praktek ibadah tasawuf. Pada tahun 657 M, ‘Uways Al-Qaranini (wafat 657 M) mengadakan pertemuan besar pertama kaum sufi. Untuk mengenang dan menghormati Nabi Muhammad yang kehilangan dua buah giginya di Perang Uhud, ia mencabut giginya sendiri dan mengajak segenap pengikutnya untuk melakukan hal serupa.
Untuk melihat sejarah tasawuf, perlu ditinjau perkembangan peradaban Islam sejak zaman Rasulullah. Hal ini karena pada hakekatnya kehidupan rohani telah ada pada diri beliau sebagai panutan umat. Kesederhanaan hidup dan upayanya untuk menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam datang. Ini tergambar dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya yang berada dalam suasana kesederhanaan. Banyak hadis dan atsar yang menerangkan tentang kehidupan Rasul sebagai sumber pertama bagi kehidupan rohani.
Dalam perjalanan sejarahnya, benih-benih tasawuf mulai mengkristal dan mulai terlihat pada seorang tabi’in bernama Hasan Al-Bashri yang benar-benar mempraktekkannya.
Di masa hidupnya, ia terkenal sebagai orang yang berpegang teguh pada Sunah Rasul dalam menilai setiap masalah rohaniah. Ia mendasarkan pikirannya pada rasa “takut” kepada Allah, tetapi tidak terlepas dari rasa “harap” atas kasih Allah, sehingga keseimbangan antara sikap takut dan harap selalu terwujud. Dengan istilah lain, Hasan Al-Bashri berpegang teguh pada khauf dan raja’. Khauf dan raja’ inilah yang pada perkembangan selanjutnya menjadi salah satu ajaran dalam tasawuf. [7]

IV.          KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Tasawuf adalah Ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.
2.      Ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya nanti melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya.
3.      Sebagai sumber tasawuf, kehidupan Nabi Muhammad dalam sehari-hari lebih banyak mengasingkan diri Gua Hira’ (khalwat), berkepribadian yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona dengan kemewahan dunia. dan juga orang yang paling tekun beribadah, baik shalat maupun berdzikir. Dan Akhlak Nabi Muhammad SAW. merupakan acuan akhlak yang tidak ada bandingannya. Sehingga akhlak Nabi Muhammad SAW bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga dipuji oleh Allah SWT.
4.      Faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf dapat dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu ekstern dan faktor intern.
5.       Antara Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu Budha memiliki persamaan, seperti ajaran Hindu mendorong manusia agar menyatukan jiwanya dengan dewa, yang disebut penyatuan Atman dengan Brahman, yang sama dengan ittihad, hulul, dan wahdatul wujud dalam Tasawuf islam. Sedangkan ajaran Budha mendorong untuk mencapai nirwana, dengan cara meninggalkan kehidupan dunia atau berkontemplasi (bersemedi), untuk meniadakan dirinya, yang dalam Tasawuf Islam dikenal dengan sebutan fana’ dan baqa’.
6.      Selama masa Rasulullah hingga kekhalifahan Abu Bakar sampai Ali (599-661 M), selalu diadakan berbagai pertemuan yang menghasilkan sumpah atau janji setia dan praktek ibadah tasawuf. Dalam perjalanan sejarahnya, benih-benih tasawuf mulai mengkristal dan mulai terlihat pada seorang tabi’in bernama Hasan Al-Bashri yang benar-benar mempraktekkannya. ia terkenal sebagai orang yang berpegang teguh pada Sunah Rasul dalam menilai setiap masalah rohaniah.

V.          PENUTUP
Demikian makalah yang berjudul Sejarah Timbulnya Tasawuf  ini kami buat. Dan kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna, Oleh sebab itu, kami mengharap saran dan kritik dari Bapak Dosen yang bersifat konstruktif demi sempurnanya tulisan ini. Dan kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan atas partisipasinya dalam pembuatan tulisan tersebut. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca yang budiman. Amin.


VI.          DAFTAR PUSTAKA

Hasan F. AbdullahEnsiklopedi Lengkap Dunia Islam(YogyakartaMutiara Media, 2011)

Kyai Musthofa MisbahTarjamah Matan Al Hikam(SurabayaWisma Pustaka1986)

Nata AbuddinMetodologi Studi Islam(JakartaPT Rajagrafindo Persada2010)
____________, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf (JakartaPT Rajagrafindo Persada2001)



____,mizan-poenya.blogspot.com/2010/08/sejarah-dan-faktor-lahirnya-tasawuf.html


[1]. Abdullah F. HasanEnsiklopedi Lengkap Dunia Islam(YogyakartaMutiara Media, 2011),
    hlm.186.
[2]. Kyai Misbah MusthofaTarjamah Matan Al Hikam(SurabayaWisma Pustaka1986), hlm.ba’
    (muqoddimah).
[3]. Abuddin NataMetodologi Studi Islam(JakartaPT Rajagrafindo Persada2010), hlm.286-288.
[4]. Abuddin NataIlmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf (JakartaPT Rajagrafindo Persada2010),
     hlm.154-158.
[6]. http://naskahpenting.blogspot.com/2011/01/sejarah-lahirnya-tasawuf.html. (diunduh tanggal 10
    April 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar dan masukan anda dengan blog ini ?

Followers